- Back to Home »
- Hiburan »
- Berseteru 'Sapu Tangan Fang Yin' Bikin Panas Forum
Posted by : Diyon Prayudi
Jumat, 01 Mei 2015
Mervin Blanca
membagikan selembaran essay yang telah dibuatnya kepada peserta diskusi Forum
Lilin Malam. Essay yang diberi judul ‘Analisis Puisi Essay Sapu Tangan Fang Yin’
puisi essay yang menarik oleh Denny J.A. Terutama ketika menyangkut etnis
Tionghoa. Kamis (30/04/15).
Dalam essaynya
Mervin menyebutkan beberapa pengertian puisi essay seperti: mengesplorarisasi
sisi batin individu dalam ranah konflik sosial, bahasanya mudah dipahami dan
memiliki nilai pendidikan, menggunakan bahasa yang ringan, serta melakukan
riset realitas sosial.
“Dalam puisi ini
Denny J.A berbicara dalam ranah sosial yakni tentang salah satu etnis yang ada
di Indonesia, menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami” tegas Mervin.
Mervin juga
menjelaskan bagaimana puisi Sapu Tangan Fang Yin ini memiliki kekurangan dalam
bahasa yang memiliki nilai pendidikan. Karena nyatanya dalam puisi ini Denny
menggambarkan keadaan Fang Yin yang begitu gamblang ketika diperkosa
berama-ramai atas tragedi 1998, dan kemudian Fang Yin pindah ke Amerika serta
memendam kebencian terhadap Indonesia.
Dalam puisi
tersebut digambarkan betapa tersiksanya Fang Yin ketika diperkosa oleh lima
orang pria, kedua tangan dan kakiknya ditarik, dan tubuhnya ditindih lalu
digilir bergantian, hingga Fang Yin pingsan dan tersadar ketika di rumah sakit.
“Saya kurang
setuju jika puisi ini masuk dalam ruang publik!” ujar salah satu peserta
diskusi.
Ditegaskannya pula
bahwa dalam rangka apa puisi ini dibuat. “Toh kalau-kalau memang harus berasal
dari realitas sosial tidak semestinya dijelaskan begitu fulgar ketika salah satu
etnis Tionghoa mendapatkan tindakan keji, bagaimana kalau yang membaca puisi
ini orang Tionghoa!” tegasnya.
Kemudian perihal
tesebut dipertegas oleh pernyataan Agam Pratama, Kamis (23/04/15), “Memang,
etnis Tionghoa atau Cina pada masa itu selalu terintimidasi karena memiliki
sejarah kelam seperti keterlibatan terhadap komunis dan kapitalis”.
Dalam diskusi
sebelumnya yang sempat dua kali pertemuan membahas puisi essay memang selalu
berbicara tentang ranah sosial, ilmiah, dan juga sastra. Dalam penerapannya pun
memang harus nyata dan memiliki data. Meski begitu puisi essay masih saja
menjadi kontradiktif antara essay, karya ilmiah atau bahkan sastra sekalipun. Diskusi
berjalan kembali dengan pembacaan puisi essay Sapu Tangan Fang Yin oleh salah
satu peserta diskusi. (DSP, 01/05/15).