- Back to Home »
- Essay »
- Jurnal Introduction To Literary Analysis
Posted by : Diyon Prayudi
Minggu, 03 Mei 2015
Part I
“ My Journal ”
Bismillahirrohmanirrohim…Sehubungan
dengan tugas yang di berikan dosen kami yang tercinta ini, Bapak Nurkholis AR,S.S.,M.Hum.
mengenai tugas jurnal maka dari itu saya
membuat jurnal ini dan mohon maaf bila terdapat kekurangan dalam
pembelajaran.
Pertemuan pertama.
Awal masuk
kuliah semua terasa berbeda itu adalah hal yang wajar dan memang sudah terbiasa
dan terasa lazim adanya, di setiap pertemuan setiap dosen juga pasti ada
perkenalan diri kepada dosen, pengenalan diri kepada teman, dan juga pengenalan
dosen kepada mahasiswa. Tak kenal maka
tak sayang begitulah pribahasa mengatakan, memang inilah momen-momen yang
sangat menyenangkan karena kenapa..? karena di sini kita memulai segalanya di
UIN Sunan Gunung Djati Bandung terutama angkatan 2012/2013.
Begitu juga
dengan Bapak Nurkholis di pertemuan pertama beliau juga tidak langsung mengajar
tetapi beliau juga memperkenalkan tentang dirinya, memperkenalkan sistem pembelajaran,
memperkenalkan silabus itu apa, kegunaannya untuk apa, dan apa yang harus
mahasiswa lakukan dengan silabus itu sendiri. Dan memperkenalkan apa saja yang
ada kaitannya tentang kampus, tentang
apa dan harus bagaimana kita melaksanakan kuliah.
Beliau juga
menjelaskan tentang kriteria-kriteria penilaian dalam mata kuliahnya dengan
tegas beliau menjelaskan “ Kehadiran,
Keaktifan di dalam kelas, Tugas, Mid Tes, dan Final Tes”. Dan juga pada
setiap pertemuannya mahasiswa di wajibkan membuat jurnal seperti yang sekarang saya buat ini, laporan kegiatan di
kelas dan di berikan pada setiap pertemuan minggu depannya atau di sebut dengan
report.
Untuk kriteria
kehadiran mahasiswa wajib hadir 10%, dan hanya boleh tidak masuk 2 kali
pertemuan saja dari 16 kali pertemuan. Keaktifan dalam kelas juga 10% yang di
berikan penilaiannya, untuk tugas-tugas 30% maka dari itu beliau berpesan dari
awal kerjakan tugas jika mau cepat selesai kuliah di UIN Bandung. Memang benar
sekali yang pak Nurkholis bilang semua itu butuh usaha dan kerja keras,
kemudian penilaian Mid Tes 20% dan Final Tes 30%.
Terlihat
memang agak berat untuk saya tetapi seperti yang di katakan pak Nurkholis
kepada kami “ kalian mau cepat lulus kuliah di UIN apa kalian mau jadi
mahasiswa abadi di UIN “. Kuliah memang mahasiswa juga yang menentukan kalau
mau sukses dan berhasil maka giatlah belajar dan semangat belajar isnyaallah
itu semua akan terwujud.
Meskipun ini
pertemuan saya yang pertama kali dengan Bapak Nurkholis tetapi saya mendapatkan
sesuatu yang menarik untuk saya jadikan motivasi dalam hidup, karena saya dapat
melihat beliau dosen yang baik dan berpengalaman dan saya dapatkan itu dari cara
berbicara beliau yang tegas, berkarakter dan juga mudah di pahami. Beliau
adalah dosen yang akan mengajar kami tentang Introduction to Literary Analysis
awalnya saya tidak mengerti dan tidak tahu apa itu introduction to literary
analysis dan pelajaran seperti apa. Tetapi itu tak membuat patah semangat saya
untuk menjadi orang sukses dalam hati kecil ini bicara, kemudian pak Nurkholis
mulai memperkenalkan apa itu sastra tetapi
sebelum memperkenalkan satsra beliau memberikan kepada kami semua sebuah film
dan beliau berkata “coba kalian pahami film ini dan coba temukan unsur sastra
apa saja yang ada di dalam film itu “. Kami pun sekelas mulai tertarik setelah
beliau berkata seperti itu dan rasa penasaran saya film seperti apa yang akan
saya lihat, dan ternyata film yang di putar melalui infocus itu berjudul “
Dead Poets Society “ oleh Tom Schulman serta film directed Peter Weir
produksi original screenplay. Beliau
berkata bahwa film ini film Mohhabatein
dan terlintas dalam pikiran saya bahwa film ini film yang di bintangi pemain
india yang terkenal itu “ Shahrukhan” tetapi saya salah tafsir ternyata film
ini film barat yang berceritakan sama dengan film Mohhabatein versi india yang
kebetulan saya pernah menontonnya sampai habis.
Film Dead
Poets Society ini menceritakan tentang rutinitas dan kegiatan-kegiatan di dalam
universitas sama seperti cerita pada mohhabatein versi india, nama universitas
dalam cerita ini yaitu INT. WELTON ACADEMY HALLWAY. Dalam cerita ini di
ceritakan tentang penerimaan mahasiswa baru di tahun academic baru, sama
seperti halnya kami sekarang mahasiswa baru di UIN Sunan Gunung Djati Bandung .
Awal film
terlihat orangtua-orangtua yang penuh haru melepaskan anaknya ke akademik
diantaranya orangtua dari Neil, Anderson, dan Knox. Pada awal penerimaan di
ruangan aula kampus yang di buka oleh rektor kampus itu berjalan dengan
khidmat dan kemudian para mahasiswa
berjalan dengan membawa bendera yang mengandung lambang dan arti “ Disiplin, Kehormatan,
Kesucian dan Kesempurnaan”.
Singkat
cerita Anderson, Neil, Knox, dan juga Max dan kawan-kawan yang lain melakukan
kegiatan perkuliahan hingga bertemu dengan dosennya yang mengajarkan mereka
sastra yaitu Jhon Keating mereka di ajarkan tentang kebebasan berekspresi dalam
sastra “ Carpe diem “ yaitu
kebebasan. Namun rektor universitas menentang Jhon dan juga orang tua dari Neil
menentang Jhon juga, akan tetapi akhirnya Jhon merasa senang karena murid-muridnya
menemukan kebebasan dalam sastra meski dia harus di keluarkan dari universitas.
Dalam cerita
ini terlihat jelas banyak sekali arti makna dari unsur-unsur sastra yang ada di
dalamnya diantaranya : Kedisiplinan, Kehormatan, Kesucian, dan juga Kesempurnaan.
Selain itu juga ada cita-cita yang dapat kita lihat pada kisah Neil yang
meninggal karena bunuh diri, Neil bunuh diri karena dia tertekan dengan
orangtuanya yang menentang akan bakatnya dalam sastra tersebut. Sungguh luas
sastra ternyata itu yang saya pikirkan saat itu juga.
Pertemuan kedua.
Di pertemuan
yang kedua ini Bapak Nurkholis mulai menjelaskan mengenai matakuliah yang akan
dia ajarkan untuk yang pertama adalah sastra.
Satra adalah
bahasa yang berisikan tentang luapan emosi yang melingkupi pengalaman hidup dan
imajinasi yang tidak di batasi. Sedangkan fungsi dari sastra tersebut adalah
bersifat persuasive yang mana mengajak seseorang kepada karya sastra seperti
pengalaman seseorang, pengalaman pribadi, dang imajinasi-imajinasi yang lainnya
yang tidak terbatas dan di batasi di karenakan sastra adalah bersifat luas dan
tidak di batasi.
Disini saya
masih bingung apa sastra itu, kenapa terasa sulit untuk menangkapnya di
karenakan bahasa-bahasa yang di gunakan sebelumnya saya tidak pernah temui.
Pada pertemuan ini pak Nurkholis menugaskan kami untuk menganalysis film “Dead Of Society “ kami di perintahkan
untuk menganalysis dan mencari apa saja yang terdapat di dalam film tersebut
yang berhubungan dengan sastra.
Selain tugas
itu kami juga di beri tugas tentang :
·
Hubungan bahasa sastra dan ilmu
sastra
·
Bahasa sastra, kedudukan sastra
diantara ilmu-ilmu yang lain
·
System sastra yang meliputi ( Sejarah
kedudukan fungsi sastra di masyarakat dan nilai-nilai sosial ragam sastra
Hari esoknya
saya mulai mengerjakan tugas yang pertama dengan cara menonton film sendiri di
kosan namun saya hanya mendapatkan sedikit informasi dan saya hentikan tugas
sementara, esok hari ketika saya masuk kuliah hari kamisnya setelah selesai
kuliah saya dan kawan-kawan yang lain berinisiatif mengerjakan tugas secara
bersama yaitu dengan cara nonton bareng di rumah dedi wakil kosma kami, di sini
kami mulai sedikit faham karena dapat saling bertukar fikiran satu sama lain
setelah sore kami pun pulang ke rumah masing-masing dan tugas pertama sudah
selesai.
Dan minggu
berikutnya tepatnya hari senin 2 hari sebelum matakuliah Introduction to
Literary Analysis kami pun berinisiatif untuk mengerjakan tugas yang kedua
yaitu mengenai arti sastra, pandangan sastra di masyarakat dan apa fungsi
sastra di masyarakat. Setelah selesai kuliah kami bergegas ke perpustakaan
fakultas Adab dan Humaniora, tetapi di sini materi yang di tugaskan tidak
lengkap hanya sebagian kecil saja dank arena itu kami pun pergi mencari sumber
yang lebih lengkap lagi yaitu perpustakaan universitas. Meskipun jaraknya jauh
dari kampus tetapi kami semua jalan kaki menuju perpustakaan universitas
sekalian sedikit menghemat ujar kawan saya si Asep Saepul Muhtadi memang benar
juga saya pikir demikian, setelah sampai di perpustakaaan kami mengisi daftar
hadir dan mulai mencari materi tugas dan akhirnya kami mendapatkan banyak
materi di sini dan kita semua mulai mengerjakan tugas secara pribadi atau
sendiri-sendiri hingga menjelang sore hari tugas kami selesai dan kami pulang
kerumah masing-masing.
Pertemuan ketiga.
Dalam
pertemuan ketiga ini Bapak Nurkholis tidak memberi materi kuliah melainkan
membahas mengenai kasus Diagnostic test yang
di selenggarakan pihak fakultas dan jurusan. Mengapa demikian terjadi di
karenakan 2 hari sebelum pelaksanaan kami di beri masukan oleh kaka kelas agar
kritis terhadap uang yang di pungut dalam biaya Diagnostic Test tersebut, dan sebagian dari kami ada yang terhasut
dan ikut-ikutan dan ada juga yang cuek seperti saya ini yang tak mau ambil
pusing karena saya pikir itu adalah kebaikan untuk saya mengetahui sampai
sejauh mana kemampuan saya di bahsa inggris. Dan pada pelaksanaannya ternyata
kaka kelas mengajak rekan-rekan saya yang se jurusan untuk demo dan tidak
mengikuti test, tetapi saya tetap mengikuti proses test dan itulah sebabnya
kenapa hari ini kami tidak mrndapatkan materi melainkan mendapatkan penjelasan
mengenai Diagnostic Test tersebut. Tak hanya itu saja kami pun membahas tentang
kakak kelas kami atau kaka tingkat kami bahwa mereka juga bukan dari fakultas
kami dan mereka juga dalam kuliahnya tidak benar di perkuliannya dan kami juga
membahas tentang ospek jurusan pak Nurkholis menjelaskan tentang ospek jurusan
mahasiswa di perbolehkan ikut atau tidak , tidak akan jadi maslah di kemudian
harinya.
Pertemuan keempat.
Pada pertemuan
yang keempat ini kami mempelajari dan membahas “ Aspek-aspek dasar puisi “ diantaranya mengenai makna puisi
melalui bahasa kias dan membahas ragam bahasa kias yaitu ( Metafora, Simile, Simbol, dan Citraan ).
Untuk
pembahasan kali ini kita membahas puisi “Perarakan
jenazah” karya Hartojo Andangdjadja dan “
Shall I Compare Thee to A Summer’s day” karya William Shakespeare. Dalam
pembahasan mengenai Perarakan jenazah yang dapat di simpulkan dan dapat di
pahami bercerita tentang kematian yang mana orang-orang mengiringi jenazah ke
tempat peristirahatan ( kuburan ) Terlihat suasan mendung dan muram yaitu
melambangkan tentang kesedihan bagi mereka yang di tinggalkan dan renungan bagi
orang-orang yang masih hidup bahwa sanya kami yang masih hidup kelak akan akan
menyusul kesana juga ( mati ).
Kemudian dari
jendela-jendela mereka ssaling merebut pandang yang mengartikan orang-orang
ingin melihat kejadian di luar yaitu tentang iringan jenazah, mereka saling
mengambil kesempatan, mereka memerah muka karena masih ada harapan untuk
menjadi lebih baik lagi sebelum saatnya bertemu illahi kelak. Di cerita ini
juga di bahas mengenai perbedaan antara rumah tumpangan dan kuburan , terlihat
jelas bahwa di saat orang sudah meninggal di saat itu juga alam kita berpisah
kita yang hidup di dunia meneruskan hidup dengan harapan yang ada akan lebih
baik lagi dari sebelumnya dan mereka yang sudah meninggal di alam kuburnya
masing-masing dengan kepercayaan masing-masing.
Dan puisi
yang kedua membahas tentang seseorang yang membandingkan seorang dengan musim
panas, dalam kisah ini seorang yang sudah terlanjur mengagumi seorang gadis dan
menganggap gadis itu baik, cantik, dan sperti keindsahan musim panas yang
memberikan manfaat kepada umat manusia.
Namun di sisi
pandangan yang lain dari kisah ini menegaskan bahwa tidak ada yang abadi di
dunia ini, walaupun terkesan indah tetap saja ada kekurangannya, meskipun
member manfaat tetap saja ada sisi buruknya. Si pencerita membandingkan musim
panas dengan gadis yang cantik dan baik hati dan meskipun ada sisi keburukannya
ada sisi tidak selamanya abadi tetap saja dia tetap mengagumi seperti tegas
dalam penjelassan saya yang pertama.
Pertemuan kelima.
Dalam
pertemuan yang kelima ini kami masih membahas tentang puisi yaitu tentang “Dewa telah mati” karya subagyo
sastrowardoyo dan “She walks in beauty”
karya Lord Byron.
Untuk
pembahasan ini dosen mengajarkan tentang mencari makna dari puisi yaitu “Dewa telah mati” meliputi ( Majas, Isotopi dan Ungkapan-ungkapan lain
dalam istilah sastra ). Pertemuan minggu sebelumnya kita telah mencari
isotopi dan majas-majas yang ada di dalamnya dan sekarang mencari isotopi
tentang dewa telah mati yaitu meliputi (
Tempat, Kepercayaan dan Kehidupan serta Harapan ).
Dalam
pertemuan ini saya kurang faham karena saya salah menerjemahkan tepatnya kurang
pas dengan tema yang ada namun suasana kelas tetap saja terasa hidup dengan
diskusi yang menarik dan menarik untuk di ketahui. Untuk Puisi yang kedua makna
dari kisah yaitu sama seperti “ shall I
Compare thee to A Summer’s Day “ yaitu tentang membandingkan seseorang
dengan keindahan di sini di sebutkan tentang dia berjalan dalam cahaya
keindahan dan sudah jelas ini berarti sesorang yang mengagumi wanita sehingga
dia membuat karya ini untuk merealisasikan imajinasinya, Pelaku membayangkan
gadis cantik yang berjalan di malam hari di penuhi keindahan dan dengan cahaya
yang terang benderang di sunyinya malam yang penuh berbintang.
Tetapi saya
hanya sedikit mengetahui tentang isotopi yang ada di dalamnya yaitu “ Keindahan, Tempat, Harpan dan Orang “.
Di minggu ini juga pak Nurkholis memberikan informasi tentang silabus yang
telah di berikan karena kami yang tidak menyiapkan bahan sebelum perkuliahan,
setiap pertemuan seharusnya kami mempersiapkan laporan setiap minggunya dan mempersiapkan
materi kuliah minggu depannya tetapi kami sebagian tidak ada yang menyiapkan
itu. Menurut saya itu sebagian dari akibat banyak tugas-tugas yang di berikan
dosen matakuliah yang lain sehingga kami sebagian tidak memiliki banyak waktu
untuk mencari bahan kuliah dan bayangkan saja jika kami harus ke perpustakaan
universitas di cibiru kami berjalan kaki sedangkan matakuliah yang lain harus
terpenuhi tugas-tugasnya, dan di sini juga kami tidak menyalahkan siapa-siapa
di karenakan inilah sebagian dari aktifitas mahasiwa yang memang harus belajar
membagi waktu, memanajemen waktu sehingga kami sanggup dan siap menjadi
pemimpin bangsa ini.
Masih di
pertemuan kelima membahas tentang aspek-aspek dasar puisi dan makna-makna serta
sosial budaya dalam tema dan konteks. Kali ini membahas tentang “ To the Virgins, to make much of Time “
karya Robert Herricks dan “ O Captain! My
Captain! ” karya Walt Whitman. Disini kami di buat menjadi berkelempok dan
kebetulan saya mendapat kelompok yang pertama dengan pembahasan karya William
Shakespeare “ Shall I Compare Thee to A
Summer’s Day “ dan kelompok yang lain membahas tentang perarakan jenazah
dan karya yang lainnya yang ada di silabus, kelompok kami berdiskusi tentang
arti apa saja dan nilai apa saja serta apa yang di bahas dalam karya ini,
terutama arti dan isotopi-isotopi apa saja yang terkandung di dalamnya dan arti
yang sesungguhnya dari hasil karya itu sendiri. Awal mula memang sulit karya
sastra yang kami bahas ini karena saya juga berfikir sulit membandingkan seseorang
dengan musim panas, karena musim panas itu berarti musim kemarau dan musim
dimana kekurangan air dan disini di katakan bahwa seseorang yang mengagumi
wanita dengan keindahannya sehingga di bandingkannya dengan musim panas
meskipun itu semua tidaklah abadi dan meskipun wanita itu juga ada sisi
keburukannya tetapi karena dia sudah terlanjur mengagumi tetap saja baik dan
indah di mata dia. Kemudiasn kami perwakilan dari setiap kelompok di minta
untuk mebacakan hasil dari diskusi kami dan saya menjadi perwakilan dari
kelompok satu. Saya membacakan bahawa di sini menceritakan kekaguman seseorang
akan keindahan wanita sehingga di bandingkan denga musim panas dan di sisi lain
musim panas itu terkadang tidak selalu membawa kebaikan dan ada keburukannya
juga serta tidak ada hal yang abadi di dunia ini begitu juga dengan wanita
tersebut, akan tetapi karena sudah terlanjur mengagumi dengan keindahannya itu
tetap saja apa yang buruk dari wanita itu di anggapnya sebagai kebaikan.
Kemudian
pembahasan tentang Captain O My Captain
bercerita tentang perjalan seorang pemimpin yang di ikuti bawahannya atau bias
di artikan kisah senior di masa lalu yang sempat hilang dan punah itu bangkit
kembali karena anak buahnya atau murid-muridnya dalam kisah ini terlihat
keakraban dan kekompakan antara senior dan junior, untul pembahasan puisi ini
kelompok lain yang lebih dalam membahasnyaara kelompok kami membahas “ Shall I Compare Thee to A Summer’s Day “.
Pertemuan keenam.
Dalam
pertemuan-pertemuan sebelumnya telah di bahas tentang perkenalan, pengertian
sastra, pungsi sastra, cara-cara menganalysis sastra serta bagaimana mencari
isotopi dari sastra tersebut, dan pada pertemuan kelima minggu lalu dosen
memeberikan bahan materi berupa fotocopy tentang “ Nasib Seorang Pendengar Setia “ karya Jujur Prananto.
Untuk
pertemuan yang keenam ini kami membahas tentang “ Menguasai aspek-aspek dasar Prosa Fiksi “ melalui pokok
pembahasan Jalinan Peristiwa dan Keadaan waktu dan tempat. Dan juga mengenai
Cerita, Alur, dan Latar, dan karya yang di bahas adalah Nasib Seorang Pendengar
Setia yang telah di bagikan minggu lalu pada pertemuan sebelumnya.
Pada minggu
keenam ini saya sama sekali tidak mempersiapkan persiapan untuk pembahasan pada
minggu ini di karenakan tugas-tugas yang menumpuk terutama tugas “ Linguistic “ yang super banyaknya dan
juga bukan hanya saya yang berkata seperti ini tetapi teman sekelas dan juga
kelas-kelas lain berbicara dan sependapat bahwa memang banyak tugas, dan satu
hal lagi kenapa saya sampai tidak memiliki persiapan terutama untuk report yang
setiap pertemuan di laporkan, karena saya lagi-lagi salah mengartikan dan saya
mengartikan bahwa report itu hanya untuk bahan mengenai sastra saja bukan untuk
fotocopy yang minggu lalu di bagikan.
Hingga
akhirnya pak Nurkholis menanyakan persiapan kami dan menanyakan laporan kami
tentang persiapan itu, kami pun sekelas diam karena tidak mengerjakan sama
sekali dan parahnya saya jugsa tidak membaca sama sekali tentang “ Nasib Seorang Pendengar Setia “.
Akibatnya kami yang belum membaca di persilahkan membacanya di luar kelas dan
saya pun membaca di luar bersama-sama dengan yang belum baca juga karena
sebagian ada juga yang membaca.
Di luar
ruangan saya membaca dengan cepat sampai-sampai saya catat hal-hal pokok yang
ada di dalamnya agar saya bias cepat langsung mengikuti materi kuliah, perlu
sekitar 15 menit saya membaca dan memahami dan kemudian saya masuk kelas dan
mengikuti materi kuliah. Dalam kisah ini di ceritakan tentang seseorang yang
menjadi korban curhat sekaligus lelucon yang membosankan Bapak Darsono adalah
staff ahli dari Bapak Imaludin. Dan pada cerita Darsono sakit dan di rawat
karena sering sakit dokter berkata tidak sanggup lagi karena penyakit Darsono
yang mampu menyembuhkan adalah dia sendiri dan dokter mensanyakan kenapa dengan
keadaan darsono.
Singkat
cerita Darsono adalah korban pendengar setia dari atasannya Imaludin beliau
selalu bercerita kepada Darsono tentang lelucon “ Lelucon para penumpang bila kereta berhenti terlalu lama bilang apa “
dan Darsono menjawab tidak tahu pak serentak Imaludin memberikan jawabannya “ Mereka bilang bannya kemps hahahah…..!!!!”
dan kemudian Darsono pun tertawa karena memang lucu mendengarnya. Tetapi
atasannya selalu memanggil Darsono ke ruangannya hanya untuk mendengarkan
leluconnya itu dan bahkan lelucon yang sudah pernah di ulanginya kembali setiap
minggu sampai berkali-kali. Di sini siapa yabg tidak merasa tidak bosan jika
menjadi posisi Darsono yang selalu mendengarkan cerita yang sama dan di
ulang-ulang terus dan awalnya memang lulu lelucon itu dan itu berlaku hanya
awalnya saja dan sekarang darsono menghadapi Imaludin yang memang sedikit agak
pikun merasa tidak enak dan merasa takut untuk mengatakan bahwa dia bosan
mendengarkan atasannya itu melucon luconan yang sama dan di ulang-ulang itu.
Karena Darsono
merasa tidak enak karena Imaludin adalah atasanya akhirnya dengan berat dia selalu
mendengarkan lelucon bos nya itu meskipun tidak lucu lagi baginya tetapi dengan
keadaan seperti itu dan siapa saja yang ada di posisi Darsono tidaklah mudah
karena dalam hati pasti ada beban dan rasa berontak untuk lari dari kenyataan,
darsono juga sempat berkeinginan mengundurkan diri dari perusahaan tempat dia
bekerja itu namun dia mengurungkan niatnya untuk keluar dengan berbagai alsan
yaitu Perekonomian keluarganya kelak, Masa depannya kelak, Anak-anaknya di
kemudian hari dan akhirnya Darsono pun sakit karena beban dan rasa tertekannya itu terhadap lelucon atasannya
sendiri yang membosankan itu.
Darsono masuk
rumah sakit karena atasasnnya, dia merasa menderita menjadi seornang pendengar
setia yang membawanya pada tekanan batin saja. Singkat cerita di rumah sakit
setelah Darsono mendengar nasehat dari dokter bahwa kesembuhannya adalah
berasal dari dirnya sendiri dia benar-benar berniat stelah dia keluar dari
rumah sakit dia akan mengajukan permohonan pengunduran diri dari perusahaan
tempatnya bekerja.
Setelah
keluar dari rumah sakit Darsono bergegas ke perusaan dan berniat menemui
Imaludin namun dia mendapat kabar bahwa Imaludin masuk rumah sakit dan Imaludin
membutuhkan sekali Darsono untuk menjenguknya. Imaludin sakit dengan tubuhnya
yang mengurus dan muka memucat, kemudian darsono menjenguk Imaludin dan
orang-orang di sekelilingnya menatap Darsono penuh harapan agar kesembuhan
Imaludin yang sakit parah.
Dengan
perasaan kacau Pak Darsono mendekati Imaludin “ Saya Darsono, Pak “. Pak Imaludin perlahan membuka matanya,
disusul gemeremang ungkapan rasa syukur para pembesuk.
“ Dar….”
“ Ya, Pak…? ‘
“ Kamu sering naik kereta api.? “
Perasaan Darsono pun berdesir “ Dulu sering, Pak..”
“ Kamu tahu lelucon para penumpang kalau kereta berhenti terlalu lama.?
“
Suara Darsono
tersendat di tenggorokan
“ Mereka bilang bannya kempes “ di jawab
oleh Imaludin sendiri sambil menatap Darsono dengan wajar cerah dan pandangan
berbinar, seperti berharap Darsono tertawa akan leluconnya itu. Tetapi Darsono
malah tegang dan merasa tertekan sementara dokter dan para penjenguk mulai
gelisah karena keadaan Imaludin melemah dan matanya meredup hingga tertutup
rapat, isak tangis beriringan berbaur dengan doa-doa bernada khusyuk.
Darsono pun
melihat para dokter dan pembesuk seakan mereka menjadi senjata yang siap
menodongnya dan berharap banyak Darsono mau tertawa, dan akhirnya Darsono
tertawa sambil berkata “ ini yang
terakhir” dengan tertawa sekuat-kuatnya. Setalah tiga hari berlalu setelah
Imaludin sembuh beliau pun menyematkan tanda jasa kepada Darsono dalam sebuah
upacara resmi yang di hadiri para wartawan dalam dan luar negeri, setelah
bersalaman Pak Imaludin menepuk bahu Darsono sambil berbisik “selesai ini saya minta kamu ke kantor saya,
saya punya lelucon baru “.
Itulah kisah
yang di alami Darsono yang tertekan akan keadaan dan rasa tidak enak terhadap
orang lain hingga akhirnya dia sendir yang jadi korban dari orang lain, namun
di balik cerita ini adakalanya semua itu tidaklah buruk karena Darsono masih mempunyai
pekerjaan. Sungguh sial nasib Darsono yang mengalami kejadian itu, meskipun
dalam fiksi saya mebahas ini tidak menutup kemungkinan itu juga ada dalam
kehidupan sehari-hari.
Pertemuan ketujuh.
Pada
pertemuan ketujuh ini kami membahas tentang “
Gerhana “ yaitu cerita tentang seseorang yang hatinya seperti gerhana
sehingga karya ini di beri judul gerhana dan inilah cerita selengkapnya.
Cerita
gerhana ini adalah cerita mengenai kehidupan masyarakat pada umumnya masih
dalam ruang lingkup yang tidak terlalu besar. Adapun tokoh-tokoh dari cerita
ini adalah sebagai berikut :
Sali ( si pemilik pohon papaya ).
Isteri Sali ( Pelaku penebang pohon papaya ).
Tetangga Rumah Sali.
Pak Lurah ( Kepala desa ).
Juru Tulis ( Kecamatan ).
Bapak Polisi ( Kantor Polisi ).
Awal kisah
tentang pohon pepaya yang sudah besar lagi berbuah matang yang di tebang
seseorang dan kebetulan pohon pepaya itu adalah milik Sali yang ia ketemukan
pohonnya itu sudah tidak lagi hidup.
Sali
terheran-heran ketika mendapati pohon pepayanya yang beberapa buahnya sudah
ranum di lihatnya tertimpa batang yang besar itu hingga hancur berantakan pohon
beserta buahnya, ketika itu Sali serasa tak percaya ada orang yang setega itu
menebas pohon pepayanya yang buahnya sudah ranum itu.
Kemudian
salah satu tetangganya datang melihat keadaan yang terjadi di halaman Sali dan
berbincang-bincang menanyakan apa yang terjadi dan Sali menanyakan seketika itu
kepada tetangganya apakah dia mengetahui siapa orang yang telah tega dan biadab
( menurut Sali ) telah menebas pohon
pepayanya yang yang sudah ranum itu di halaman rumahnya. Namun tetangga Sali
juga tidak tahu siapa yang menebasnya dan Sali pun terlihat histeris dan
berlebih-lebihan menurut tetangganya itu sampai-sampai hanya pohon pepaya saja
di anggapnya sebagai bayi yang ia besarkan dari kecil hingga besar sampai
sekarang di tebas orang yang tidak di ketahui siapa dan apa alasannya orang itu
menebas pohon pepayanya yang menurutnya tidak bersalah apa-apa.
Tetangga Sali
akhirnya kehabisan akal menanggapi kisah Sali dengan pohon papayanya yang
malang itu dan akhirnya ia pun menyarankan kepada Sali agar melaporkan saja
kepada Pak Lurah mungkin saja Sali di sana akan terbantu masalahnya, dan
kemudian Sali pun tidak berfikir panjang bergegaslah dia menuju kantor desa dan
berniat menemu pak lurah. Sesampainya di kantor desa dia langsung melaporkan
kepada Pak Lurah tentang pohon pepayanya yang malang di tebas orang itu, namun
sama halnya dengan tetangga Sali Pak Lurah pun semakin mendengar cerita Sali yang
membesar-besarkan masalah dan terlalu berlebihan menganggap bahwa perkara pohon
papayanya yang di tebang orang itu adalah perkara yang sangat besar dan harus
di tangani.
Malah Pak
Lurah menceritakan kepada Sali tentang kisah yang ada di desanya agar Sali sadar
yaitu tentang perkara kecil yang di besar-besarkan berahkir pertumpahan darah
dan kematian serta duka cita yaitu tentang beras 2 kg di desanya, kemudian Sali
terdiam tanpa alasan karena cerita pak luran memang benar.
Kemudian Sali
bergegas pulang di perjalanan karena dia di kelurahan tidak mendapatkan
peradilan hukum tentang hak seseorang maka Sali berniat melaporkan ke Kecamatan
dan pergilah Sali ke kecamtan di sana dia mendapati juru tulis muda kecamatan
dan melaporkan tentang pohon pepayanya yang di tebang orang tak di ketehauinya
itu. Jelas lah juru tulis kecamatan ini pun menertawakan pengaduan Sali dengan
berpura-pura menanggapi laporannya dengan serius bahkan di usulkan sebaiknya
kepada tingkat yang lebih tinggi lagi dia melaporkan, kemudian Sali pun
mengerti apa maksud juru tulis kecamatan itu dan dia merasa tidak ada tempat
untuk mendapatkan hak yang dia inginkan tentang pohon pepayanya itu.
Dari
kecamatan Sali menuju pulang dengan hati yang kesal dan dongkol namun Sali
masih tidak putus harapan dia menuju kantor polisi yang ada di dekat desanya
itu berniat melaporkan kejadian ini kepada polisi, namun kali ini Sali sedikit
agak takut untuk melakukannya. Tetapi karena tekadnya Sali ahkirnya tiba juga
di kantor polisi dan dengan nafas gugup Sali menceritakan tentang kejadian
sebenarnya kepada Pak Polisi tersebut dan dia mendapatkan jawaban dari Pak
Polisi “ Bangsat, Kurang ajar, Bajingan,
Sambar gledek “ kiramu pokrol bambokah ? jelaslah Pak Polosi merasa marah
karena tingkah Sali yang memang keterlaluan ini dan membesar-besarkan masalah
ini.
Sali kemudian
pulang kerumah dengan pikirannya yang hanya memikirkan pohon pepayanya saja
Sali berjalan kerumah dan sesampainya di rumah Sali sampai ke halaman tempat
dimana pohonnya itu tumbang, dan pada saat itu juga Sali tumbang di halamannya.
Hingga akhirnya Sali di angkat keluarganya ke bale-bale di rumahnya dan masih
belum sadar juga hingga di bacakan mantera-mantera dan di basuhkan ke seluruh
badannya.
Menjelang
malam tepatnya tengah malam para tetangga terkejut akan teriakan isteri Sali
yang membangunkan kesunyian di tengah malam dan dia mendapati suaminya
berbaring di atas bale dengan tidak bernyawa lagi kemudian tetangga menjenguk
keadaan Sali dan bertanya-tanya apa yang terjadi kemudian isteri Sali berkata
dengan terbata-bata “ Pohon celaka itulah
penyebab semua ini, beginilah jadinya karena akulah yang menebang pohon itu
semalam, karena anak-anak sering memanjatinya “.
Itulah cerita
dari Sali yang selalu mebesar-besarkan masalah andai saja dia tidak seperti itu
mungkin dia tidak akan mati karena pohonnya itu karena Sali mempunyai “ penyakit darah tinggi”.
Kami membahas
karya ini bersama di kelas, namun hasil dari penelitian saya dan yang saya
kerjakan tidak sesempurna itu masih banyak yang kurang. Dalam kisah ini Pak
Nurkholis menyuruh kami mencoba membayangkan pohon papaya itu dan Sali pada
cerita dengan seuatu yang lain misalkan seperti kisah seseorang yang sudah lama
pacaran dan akhirnya putus, kemudian seseorang yang sudah menikah masa lalunya
kembali setelah ia menikah. Pada bagian ini kami mahasiswa kelas 1B mendapati
Pak Nurkholis salting sendiri ketika
membahas tentang seseorang yang sudah lama menikah kemudian masa lalunya itu
dating kembali dan serentak kelas pun ramai akibatnya karena Pak Nurkholis
sampai salah menyebutkan nama ketika memerintahkan kami untuk menganalisis
karya itu dan itu bukan sekali dua kali beliau salah karena sampai empat kali
beliau menyebut nama yang sudah dia suruh menganalisis sebelumnya.
Dan baru kali
ini juga saya melihat beliau seperti itu, biasanya beliau selalu tegas mengajar
namun pada pertemuan ke 7 ini beliau terlihat kebanyakan tertawanya. Dan itulah
karakter seseorang pastinya mempunyai sisi masing-masing dan kelas juga terasa
hidup meskipun disela-selakan tertawaan karena sebagian anak-anak cewe selalu
membahas soal kisah cinta itu.
Pertemuan
ketujuh ini adalah pertemuan akhir sebelum menghadapi UTS minggu depan, uts
akan membahas tentang pertemuan pertama sampai pertemuan ketujuh ini dengan
buka buku tentunya. Meskipun buka buku tetapi tetap saja saya masih was-was
takut nilai saya kurang memuaskan.
Demikianlah
tugas jurnal saya ini, mudah-mudahan saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari
apa yang saya pelajari dan tentunya saya berterimakasih kepada Bapak Nurkholis
yang telah membimbing kami dan semoga ilmu beliau bermanfaat untuk saya dan
teman-teman.
Part II
Part II
Setelah
jurnal pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir sebelum Ujian Tengah Semester, telah di serahkan sebagai salah satu
prasyarat untuk dapat mengikuti UTS tersebut sebagaiman yang telah di sepakati pada
pertemuan pertama ketika awal masuk kuliah. Hingga pada akhirnya tiba pada
pertemuan ke 8, yaitu pertemuan yang di jadikan sebagai UTS oleh dosen dan pada
ujian itu kami ( Mahasiswa ) mengerjakannya sebagai tugas rumah ( Take Home )
dan di kumpulkan pada hari senin, tanggal 29 Oktober 2012 semua tugas harus di
kumpulkan kepada kosma.
Adapun soal-soal dari tugas tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Uraikan Some Problems of Definition on Literature!
2.
Jelaskan apa bedanya antara Literature dan Literary Study!
3.
Bedakan dan jelaskan tentang Literary Theory, Christicism and Survey!
4.
Apa fungsi dari Literature!
5. Jelaskan dan uraikan secara rinci usur-unsur pembentuk karya sastra –Di
wajibkan menggunakan berbagai sumber yang menjelaskan tentang masalah tersebut!
6.
Jelaskan struktur dan analysis isi (
Tema ) puisi di bawah ini :
( Di sarankan untuk membaca teori
tentang pengkajian puisi )
a) Perarakan
Jeazah ( Hartojo Andangdjaja )
b) Shall
I Compare Thee To A Summer’s Day ( William Shakespear )
c) Dewa
Telah Mati ( Subagyo Sastrowardoyo )
d) She
Walks In Beauty ( Lord Byron )
e) To
The Virgin, To Make Much Time ( Robert Horricks )
7. Pengetahuan
tentang The Elementary of The Short Story
seperti Setting, Plot, Point of View,
Theme yang bagaimanakah yang ada dalam cerita “ Gerhana “ dan “ Nasib
Pendengar Setia “? Jelaskan!
Untuk
menerjakan tugas Take Home ini saya
menggunakan beberapa sumber buku panduan dari perpustakaan Universitas mengenai
hal-hal apa saja yang berhubungan dengan soal dan apa saja yang berkaitan
dengnan kesastraan. Banyak kendala tetapi akhirnya dengan niat tugas saya pun
selesai tepat waktu dan dapat saya serahkan pada hari senin kepada kosma.
Pertemuan
berikutnya yaitu pertemuan setelah UTS atau pertemuan ke- Sembilan, Tanggal 07 November 2012. saya dan kami melanjutkan
perkuliahan seperti biasa, dan dosen memberikan tugas tentang “ The Storm “ dan
kemudian akan di bahas pada pertemuan berikutnya atau minggu depan, waktu itu
saya belum sempat mencari materi kuliah yang di berikan atau tugas yang di
berikan karena banyak tugas yang menumpuk dan juga ada beberapa mata kuliah
yang belum melaksanakan UTS, hari jum’at saya atau kami ( Karena kebetulan kami
kerja kelompok ), mencari tugas bersama dan kemudian kami pun dapat tugasnya
yang akan kami bahas pada pertemuan minggu depan. Di rumah masing-masing
termasuk saya mulai menerjemahkan karya The Storm ini, satu persatu kalimat
saya terjemahkan dan mencoba mengartikan dan memahami apa kandungan dari
cerita, apa intinya, apa artinya dan apa unsur-unsur yang ada dalam karya sastra
ini.
Sedikit
pemahaman yang saya dapatkan, karena saya hanya dapat memahami tentang badai
sebenarnya ( Karena memang judulnya The Storm ) dan sedikit menangkap tentang
hal yang sebenarnya terjadi dalam cerita ini. Kemudian tiba pada pertemuan ke-Sepuluh, Tanggal 14 November 2012.
mengenai pembahasan The Storm. Kami yang memang sudah di bentuk kelompok dan
saya adalah salah satu dari kelompok 2 mencoba membahas dengan seksama, dosen
Pak Nurkholis menanyakan pada kami satu persatu dan wahasiswa menjawab,
kemudian saya di tanya mengenai “ Apakah ada unsur perselingkuhan di dalam
cerita ini ??”, tegas saya menjawab “ Tidak ada pak, di sini ada unsur
perselingkuhan tetapi perselingkuhan ini di ketahui oleh suaminya, jadi tidak
di katakana selingkuh jikalau memang di ketahui dan itu namanya keterbukaan”.
Ternyata
pendapat saya berlainan dengan pendapat yang lain, begitu juga dengan pendapat
Pak Nurkholis yang mengatakan bahwa “sebenarnya ada unsur perselingkuhannya
dalam kisah ini karena mereka berdua melakukan hubungan suami-isteri sedangkan
mereka telah menikah dan memiliki keluarga masing-masing dan walaupun mereka
pernah memiliki masa lalu bersama tetapi sekarang sudah berbeda dan memiliki
keluarga masing-masing “. Namun saya
masih memikirkan bahwa pedapat saya memang benar “ Perselingkuhan itu terjadi
karena ketidaktahuan dari orang yang di selingkuhi, sedangkan dalam kisah ini
perselingkuhan itu di ketahui dan sang suami tidak marah meskipun isterinya
selingkuh dan dapat di tarik kesimpulan jika tidak marah dan biasa saja berarti
ini bukan perselingkuhan “.
Kemudian
Pak Nurkholis melanjutkan memberi pertanyaan kepada yang lain, mengenai
kejadian apa saja yang ada, apa hubungannya dengan badai, dan siapa saja yang
menjadi tokoh, kemudian unsur-unsur apa saja yang ada dalam karya yang meliputi
ragam bahasa, amanat dan inti keseluruhan dari karya The Storm ini. Dalam kisah
ini ternyata memang benar ada perselingkuhan, karena mereka melakukannya karena
hasrat mengingat masa lalu mereka yang dahulu pacaran hanya sebatas ciuman
ssaja, tetapi sekarang ketika mereka sudah memiliki keluarga mereka malah
melakukan yang lebih dari yang mereka lakukan ketika pacaran dulu. Tokoh-tokoh
yang ada dalam karya sastra ini adalah :
1) Bobinot
adalah suami Calixta
2) Alcee
adalah mantan pacar Calixta
3) Calixta
adalah istri Bobinot
4) Bibi
5) Syilve
adalah pembantu sekaligus orang ketiga yang menyaksikan kejadian perselingkuhan
antara calixta dengan mantan pacarnya.
Dalam
Kisah ini menceritakan tentang antara 2 keluarga yaitu, keluarga Calixta dan
keluarga Alcee yang mereka melakukan perselingkuhan dengan melakukannya
hubungan suami-istri, cerita ini terungkap dari keterangan sylve yakni orang
ketiga yang menceritakan semua kejadian dalam kisah ini, yang pada waktu itu
telah terjadi badai dan kebetulan Alcee lewat depan rumah Calixta, dan yang
awalnya Alcee hanya ingin mampir untuk berlindung, karena mereka bertemu dan
mereka teringat masa lalu mereka yang kemudian Alcee mencoba merayu-rayu
Calixta untuk melakukan percintaan mereka yang sudah lama sekali berlalu itu.
Awalnya Calixta menolak dan tidak mau, tetapi karena di rayu terus oleh Alcee
akhirnya Calixta tunduk juga kepada Alcee, mereka melakukan hubungan badan
layaknya suami-istri di rumah Calixta yang pada saat itu kosong, hanya ada
pembantunya saja sedangkan suaminya sedang tidak ada di rumah. Hubungan The
Storm sebagai judul dengan isi dari karya itu sendiri adalah sama-sama
mengguncang layaknya badai yang mengancurkan semuanya yang ada karena dalam
kisah ini telah terjadi badai antara Alcee dan Calixta yang melakukan
perselingkuhan.
Pada
petemuan ke-Sebelas, Tanggal 21 November
2012. masih membahas the storm, hanya sedikit saja yang di bahas karena
pada minggu sebelumnya sedikit bnyaknya sudah mulai terbuka jalan ceritanya
seperti apa, seperti biasa kami membahasnya secara berkelompok dan bertukar
pendapat, terlebih dengan senior kami yang dari Terjemah Bahasa Inggris sangat
membantu menyelesaikan diskusi. Setelah The Storm, kelompok di beri bahan
materi tentang cerita perjalanan, dan sedikit tidaknya berkecimpung dan ada
hubungannya dengan sejarah dan negara Indonesia termasuk dengan tokoh-tokohnya.
Kelompok pertama membahas tentang The Man of The Moment, yang bertemakan Agama,
Politik dan Budaya. Pada pertemuan
ke-Dua belas, Tanggal 28 November 2012.
Tokoh-tokoh dari kisah ini adalah :
•
Imaduddin (utama)
•
B.J Habibi
•
Subandrio
•
Soeharto
•
Intelligent
Alur : Flashback
Dalam cerita menceritakan Imadudin yang mendakhwahkan islam dan pada akhirnya dia sempat di penjara juga karena di anggap bertentangan dengan pemerintah. Dan kemudian banyak juga pesan moral yang ada dalam kisah ini seperti nilai moral yang baik :
·
Komitmen dalam mendakwahkan Islam
·
Bertanggungjawab terhadap ilmu & agama
·
Nasionalis & santun
·
Sabar & pandai mengambil hikmah
Ada
kebaikan ada juga keburukan yakni terdapat nilai moral yang buruk juga dalam
kisah ini :
·
Elegan & Elitis,
·
Kesombongan,
·
feudalism, paternalism, and nepotism
Tugas
kali ini berbeda judul tetapi saling berhubungan satu sama lain dengan kelompok
lain, yaitu sama-sama membahas tentang cerita perjalanan karena yang bercerita
adalah orang yang tidak di tokoh kan melainkan penulis itu sendiri. Cukup jelas
dan hidup suasana diskusi, karena lagi-lagi senior kami cukup membantu sekali
yang mencoba membahas dan meceritakan kepada peserta diskusi dengan jelas.
Pertemuan Tiga belas.
Convert
Pertemuan
kali ini membahas tentang imadudin, dimana dulu dia pernah berseklolah di luar
negeri, dan pada saat itu semua sekolah-sekolah di tutup karena kedatangan
jepang dan belanda. Kedatngan jepang pada saat itu untuk melawan belanda dan
bangsa Indonesia yang terkena dampaknya sehingga sekolah-sekolah di tutup dan
kemudian bangsa Indonesia membantu jepang dalam perlawanannya dengan belanda.
Imadudin
sekolah satu tahun dan kemudian di pindahkan ke belanda ( Tepatnya pernah
sekolah bahasa melayu ), dia juga pernah bersekolah di Al-azhar selama dua
tahun tentang bahasa arab dan kemduian lanjut
kuliah di Kairo Mesir. Peranan-peranan Imadudin dalam gerilnya adalah membantu
untuk mendapatkan kebebasan, yaitu bebas dari penjajahan jepang dan belanda
pada waktu itu, karena dia pernah juga masuk tentara yang di sebabkan sekolah
di tutup dan perna juga menyambung hidupnya hanya sekedar bertani dan menggarap
sawah.
Imadudin
juga ternyata pernah belajar di Amerika Serikat dan hebatnya, sifat-sifat
Imadudin tidak mengalami perubahan terutama dalam segi agamanya, dan bahkan
Imadudin malah bertambah keagamaannya setelah dia menyelesaikan studynya di
Amerika Serikat. Imadudin merupakan sosok yang terkenal dalam kelasnya ketika
waktu masa kuliah dahulu, karena mampu berpartisipasi dengan amanat yang ada
yaitu “ Sosok yang pantang menyerah walaupun keadaan yang tidak memungkinkan,
tetapi dia tetap mampu berprestasi dalam keadaan yang seperti itu dan dapat di
banggakan dan hasil yang di dapatkan Imadudin adalah kesuksesan “.
Ternyata
setelah di baca berulang-ulang Imadudin berperan sebagai pengisi dalam kemerdekaan,
tepatnya tahun 1946 dia yang memutuskan untuk menuntut ilmu dan mempunyai
keinginan bahwa dia akan mampu menjadikan bangsa Indonesia ini menjadi bangsa
yang dapat di banggakan. Imadudin sosok yang hebat karena dia ampu menjadi yang
terbaik meskipun keadaan yang tak
memungkinkan, ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi anak bangsa
karena kita generasi penerus hanya tinggal menikmati kemerdekaan saja.
Pertemuan ke-Empat belas, Tanggal 05 Desember 2012. Membahas tentang :
Secret Place
Tokoh-tokoh
pemeran,
·
Dewi Portuna ( Sebagai Tokoh Utama )
·
Anwar ( Paman Dewi )
·
Ibunya Dewi ( Guru Sejarah )
·
Ayahnya Dewi ( Professor )
Dalam cerita ini banyak menceritakan tentang adat istiadat dan kebudayaan, yaitu tentang tradisi menimbun makanan dalam prosesi pernikahan dan kemudian makana itu untuk di makan. Kisahini juga terdapat unsur-unsur kepercayaan mengenai percaya kepada roh-roh. Dewi dalam kisah sakit dank arena sakitnya terasa aneh maka pamannya beranggapan bahwa semua ini di sebabkan karena roh-roh, sedangkan untuk pengobatan mereka tidak percaya denga adanya dokter, hal yang sedikit aneh memang mereka yang memang dalam segi agama agak kurang dalam artian tidak mumpuni tentang agama.
Dalam
kasus seperti iniyang terjadi pada Dewi untuk mengobatinya Dewi di bawa kepada
sebuah pohon beringin yang banyak di singgahi monyet-monyet, memang istilah
budaya dan kebudayaan sangat terlihat jelas di saat Dewi mengadakan resepsi
pernikahan, seperti adanya pawang hujan agar cuaca menjadi cerah dan sebagaianya.
Dalam
pandangan islam jelas sangat terlihat perbedaan dengan hal-hal mistis tersebut,
karena islam sangt bertentangan dengan hal seperti itu di karenakan itu adalah
perbuatan musryik. Dan islam tidak mengajarkan hal seperti itu.
Tempat-tempat
yang menjadi Secret Place adalah Surau dan di pekarangan rumah Dewi sendiri
yang di gunakan untuk menimbun makanan tersebut, halnya yang menegaskan bahwa
itu adalah Secret Place adalah ketika Dewi diam-diam belajar agama dan
mendalami islam.
Kemudian
pembahasan dari kelompok terakhir yaitu tentang “ Kampus “.
Dalam
cerita ini berceritakan tentang dua orang kampung yang datang ke kota untuk
mengadu nasib dan akhirnya dia ada yang sukses dan yang satu lagi tidak sukses,
dia adalah Mariman dan Gunawan. Tempat yang jadi saksi kesuksesan mereka adalah
kota Jakarta.
Mariman
yang memang pada basicnya yang kenal dengan agama, dan taat kepada agama, dia
tidak berubah keadaan hidupnya meskipun ia telah sukses di kota Jakarta itu,
dia tidak pernah lupa enga shlatnya dan agamanya, berbeda dengan Gunawan yang
keimanannya kurang dari Mariman, Gunawan terkadang masih suka terombang-ambing
dan berubah-ubah dan seperti itulah kesuksessan yang dia dapat, biasa saja
tidak seperti Mariman.
Setelah
sukses mereka kembali pulang ke desa dan tiap 2 minggu sekali mereka pulang dan
meberikan motivasi dari apa yang Mariman sudah dapatkan di Kota Jakarta
sekaligus membuktikan bahwa tidak semua orang yang ke Jakarta akan mejadi
berubah kehidupannya menjadi lebih buruk dari sebelumnya, terutama orang
kampung seperti Mariman dan Gunawan.
Pertemuan ke- Lima belas, Tanggal 12 Desember 2012. Kami membahas tentang Malam Jahanam, yaitu kisah yang mencritakan tentang :
·
Mat Kontan
·
Paijah
·
Sulaeman
·
Utai
·
Tukang Pijet
·
Bayi dari Paijah dengan Sulaeman
Bercerita tentang Mat Kontan yang angkuh, Sombong, Egois, dan Kejam dimana dia lebih mementingkan hobinya atau kecintaannya terhadap burung-burung kesayangannya dan karena burung Beonya mati akhirnya kisah ini menjadi menarik, karena saya teringat dengan kisah Gerhana pada pertemuan yang telah berlalu. Kemudian sifat Sulaiman yang jahanam juga yang pada kisah dialah yang menjadi pelaku utama yang membunuh beo kesayangan milik Mat Kontan, dan juga dia adalah ayah dari bayi yang kini menjadi anak Mat Kontan dengan Paijah dan ternyata itu adalah darah daging dia bersama Paijah yang dulu mereka melakukannya karena Mat Kontan jarang di rumah dan selalu bepergian, selain itu juga karena Mat Kontan yang mandul tidak bisa memberikan isterinya bayi.
Sifat
Mat Kontan juga ternyata ada sifat yang pengasih dan selalu membanggakan
tentang anak dan isterinya yang memang cantik itu. Paijah juga jahanam karena
telah mau di jahanim sama si Sulaiman padahal dia jelas istri dari sahabnya
Sulaiman tidak lain dia adalah Mat Kontan dan pada akhirnya juga terbongkar
juga apa yang Paijah simpn bersama Sulaiman selama ini mengenai anaknya.
Dalam
kisah ada peran pembantu dia adalah Utai yang menjadi kacungnya Mat Kontan,
dalam cerita Utai hanya seorang yang agak bodoh hanya sebagai pelengkap tokoh
saja dan pada akhirnya Utai mati juga terbunuh Sulaiman ketika mengalangi
Sulaiman meloloskan terdiri.
Dalam
kisah ini jelas dengan judulnya yang jahanam , karena memang semua tokoh dalam
kisah ini jahanam termasuk si Beo yang jahanam dan malam yang jahanam dan juga
tukang Pijat yang jahanam.
Demikian
jurnal ini saya buat, mudah-mudahan bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya…!! Amiin.
Kurang
lebihnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya karena masih dalam tahap
pembelajaran.