- Back to Home »
- Essay »
- GERHANA
Posted by : Diyon Prayudi
Minggu, 03 Mei 2015
Diyon Prayudi, 1B, 1125030076
Cerita
gerhana ini adalah cerita mengenai kehidupan masyarakat pada umumnya masih
dalam ruang lingkup yang tidak terlalu besar. Adapun tokoh-tokoh dari cerita
ini adalah sebagai berikut :
Sali ( si pemilik pohon papaya ).
Isteri Sali ( Pelaku penebang pohon papaya ).
Tetangga Rumah Sali.
Juru Tulis ( Kecamatan ).
Bapak Polisi ( Kantor Polisi ).
Awal kisah
tentang pohon pepaya yang sudah besar lagi berbuah matang yang di tebang
seseorang dan kebetulan pohon pepaya itu adalah milik Sali yang ia ketemukan
pohonnya itu sudah tidak lagi hidup.
Sali
terheran-heran ketika mendapati pohon pepayanya yang beberapa buahnya sudah
ranum di lihatnya tertimpa batang yang besar itu hingga hancur berantakan pohon
beserta buahnya, ketika itu Sali serasa tak percaya ada orang yang setega itu
menebas pohon pepayanya yang buahnya sudah ranum itu.
Kemudian
salah satu tetangganya datang melihat keadaan yang terjadi di halaman Sali dan
berbincang-bincang menanyakan apa yang terjadi dan Sali menanyakan seketika itu
kepada tetangganya apakah dia mengetahui siapa orang yang telah tega dan biadab
( menurut Sali ) telah menebas pohon pepayanya yang yang sudah ranum itu di
halaman rumahnya. Namun tetangga Sali juga tidak tahu siapa yang menebasnya dan
Sali pun terlihat histeris dan berlebih-lebihan menurut tetangganya itu
sampai-sampai hanya pohon pepaya saja di anggapnya sebagai bayi yang ia
besarkan dari kecil hingga besar sampai sekarang di tebas orang yang tidak di
ketahui siapa dan apa alasannya orang itu menebas pohon pepayanya yang
menurutnya tidak bersalah apa-apa.
Tetangga Sali
akhirnya kehabisan akal menanggapi kisah Sali dengan pohon papayanya yang
malang itu dan akhirnya ia pun menyarankan kepada Sali agar melaporkan saja
kepada Pak Lurah mungkin saja Sali di sana akan terbantu masalahnya, dan
kemudian Sali pun tidak berfikir panjang bergegaslah dia menuju kantor desa dan
berniat menemu pak lurah. Sesampainya di kantor desa dia langsung melaporkan
kepada Pak Lurah tentang pohon pepayanya yang malang di tebas orang itu, namun
sama halnya dengan tetangga Sali Pak Lurah pun semakin mendengar cerita Sali
yang membesar-besarkan masalah dan terlalu berlebihan menganggap bahwa perkara
pohon papayanya yang di tebang orang itu adalah perkara yang sangat besar dan
harus di tangani.
Malah Pak
Lurah menceritakan kepada Sali tentang kisah yang ada di desanya agar Sali
sadar yaitu tentang perkara kecil yang di besar-besarkan berahkir pertumpahan
darah dan kematian serta duka cita yaitu tentang beras 2 kg di desanya,
kemudian Sali terdiam tanpa alasan karena cerita pak luran memang benar.
Kemudian Sali
bergegas pulang di perjalanan karena dia di kelurahan tidak mendapatkan
peradilan hukum tentang hak seseorang maka Sali berniat melaporkan ke Kecamatan
dan pergilah Sali ke kecamtan di sana dia mendapati juru tulis muda kecamatan
dan melaporkan tentang pohon pepayanya yang di tebang orang tak di ketehauinya
itu. Jelas lah juru tulis kecamatan ini pun menertawakan pengaduan Sali dengan
berpura-pura menanggapi laporannya dengan serius bahkan di usulkan sebaiknya
kepada tingkat yang lebih tinggi lagi dia melaporkan, kemudian Sali pun
mengerti apa maksud juru tulis kecamatan itu dan dia merasa tidak ada tempat
untuk mendapatkan hak yang dia inginkan tentang pohon pepayanya itu.
Dari
kecamatan Sali menuju pulang dengan hati yang kesal dan dongkol namun Sali
masih tidak putus harapan dia menuju kantor polisi yang ada di dekat desanya
itu berniat melaporkan kejadian ini kepada polisi, namun kali ini Sali sedikit
agak takut untuk melakukannya. Tetapi karena tekadnya Sali ahkirnya tiba juga
di kantor polisi dan dengan nafas gugup Sali menceritakan tentang kejadian
sebenarnya kepada Pak Polisi tersebut dan dia mendapatkan jawaban dari Pak
Polisi “ Bangsat, Kurang ajar, Bajingan, Sambar gledek “ kiramu pokrol bambokah
? jelaslah Pak Polosi merasa marah karena tingkah Sali yang memang keterlaluan
ini dan membesar-besarkan masalah ini.
Sali pun
pulang kerumah dengan pikirannya yang hanya memikirkan pohon pepayanya saja
Sali berjalan kerumah dan sesampainya di rumah Sali sampai ke halaman tempat
dimana pohonnya itu tumbang, dan pada saat itu juga Sali tumbang di halamannya.
Hingga akhirnya Sali di angkat keluarganya ke bale-bale di rumahnya dan masih
belum sadar juga hingga di bacakan mantera-mantera dan di basuhkan ke seluruh
badannya.
Menjelang
malam tepatnya tengah malam para tetangga terkejut akan teriakan isteri Sali
yang membangunkan kesunyian di tengah malam dan dia mendapati suaminya
berbaring di atas bale dengan tidak bernyawa lagi kemudian tetangga menjenguk
keadaan Sali dan bertanya-tanya apa yang terjadi kemudian isteri Sali berkata
dengan terbata-bata “ Pohon celaka itulah penyebab semua ini, beginilah jadinya
karena akulah yang menebang pohon itu semalam, karena anak-anak sering
memanjatinya “.
Itulah cerita
dari Sali yang selalu mebesar-besarkan masalah andai saja dia tidak seperti itu
mungkin dia tidak akan mati karena pohonnya itu karena Sali mempunyai “ penyakit darah tinggi”.