Posted by : Diyon Prayudi Selasa, 18 November 2014

Malaikat Kematian
oleh
Sandal Jepit

"Kapan engkau akan mati sahabat?" janganlah bersedih dan bermelas seperti itu. Aku dan dirimu sama saja. Suatu saat aku akan menjumpai hal yang sama seperti dirimu. Bersemangatlah sahabat! Tersenyumlah! Jangan lagi engkau perlihatkan kesedihan yang semua orang tahu betapa sedihnya keadaanmu. Begitu juga aku yang tak lama lagi akan menemui malaikat kematianku.

"Bersabarlah teman! Sebentar lagi engkau akan melihat betapa sakitnya ketika malaikat kematian datang dengan mata telanjang. Jantung berdebar, hati semerawut tak karuan, badanku gemetar dan ingin sekali kuberlari menjauhi malaikat kematianku. Sungguh ingin kuberlari dalam takdirku, takdirmu juga teman! Ibu dan saudara-saudaraku telah pergi mendahuluiku. Aku pun pernah menyaksikan betapa sakitnya ketika malaikat kematian mendatangi mereka satu persatu. Begitu juga sekarang, aku dan dirimu tak mungkin lepas dari malaikat kematian. Mungkin hanya waktu saja yang memberi jarak atas rasa sakit dan kepedihan kita ini teman! Bersabarlah hingga waktuku tiba!

"Wahai sahabatku! Tersenyumlah! Tersenyumlah dan kemudian engkau bernyanyi merdu! Nyanyikan lagumu dengan segala rindumu terhadap pagi, terhadap petang dan terhadap malam! Aku sungguh ingin mendengarkan nyanyian terakhirmu. Bergembiralah wahai sahabatku! Bergembiralah dan bernyanyilah! Andaikan saja itu nyanyian terakhirmu pasti akan kukenang hingga malaikat kematianku datang setelah tibanya waktumu. Dan aku pun akan bernyanyi merdu seperti layaknya keadaanmu saat ini. Kemudian, aku akan merindu terhadap ibu dan saudara-saudaraku yang entah di mana keberadaannya aku pun tak tahu.

"Tidak! Tidak harusnya seperti itu teman! Biarkan aku mendengarkan nyanyian terakhirku dari mulutmu. Aku pun akan rindu setelah malaikat kematianku datang menghampiriku dalam hari yang begitu berbahagia ini teman! Aku begitu ingin mendengarkannya! Bersabarlah hingga waktumu tiba teman! Entah dalam hari yang berbahagia atau hari yang penuh segala pengorbanan. Malaikat kematianmu akan datang kepadamu dan kemudian kau akan tahu betapa menyakitkannya keadaanku.

"Sahabat, aku pasti akan merindumu! Di rumah ini kita telah tumbuh bersama. Kau telah kuanggap sebagai kakakku sendiri karena aku tak mempunyai ibu dan saudara lagi. Bersabarlah! Tunggu aku dalam peristirahatanmu. Setiap kali kita hidup hanya memiliki satu kali kesempatan. Entah dalam hari yang berbahagia ataukah hari yang penuh segala pengorbanan aku akan menyusulmu. Dan pada saat itu malaikat kematianku akan datang dengan mata telanjang. Dan aku pun telah siap dengan segala rasa sakit dan kepedihanku.


"Teman! Bersabarlah! Dan nyamanlah dalam rumahmu! Makanlah dengan teratur dan jagalah kesehatanmu! Tunggulah malaikat kematianmu dengan nyanyian rindu kepadaku! Janganlah kau merasa takut atas kepergianku karena malaikat kematianku telah tersenyum kepadaku. Aku akan bahagia di sana! Tempat yang akan kau tuju nanti! Selamat tinggal teman!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Diyon Prayudi -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -