- Back to Home »
- Cerpen »
- Ada diksi di permen 'cium'
Posted by : Diyon Prayudi
Rabu, 25 Juni 2014
Ada diksi di permen 'cium'
oleh
Sandal Jepit
Dari sekian banyaknya macam-macam permen itu aku memilih permen 'cium' yang
bungkusnya berwarna merah. Saya rasa semua orang pasti tahu permen ini rasanya
enak dan ada beberapa varian rasa dan juga mampu berkata-kata. "Permen
saja bisa ngomong, masa kita tidak" ini merupakan kalimat yang unik, menurut
saya.
Kebetulan aku masih memiliki uang lima ratus rupiah dari sisa membeli kopi
dan cemilan. Dan dari sisa uang tersebut berarti aku hanya mendapatkan tiga
buah permen dari banyaknya permen yang ada di toples tersebut. Kemudian,
kemungkinan aku untuk mendapatkan kata-kata yang bagus dari dalam toples
tersebut hanyalah beberapa peluang saja dari kesempatan pengambilan yang ada.
Jadi, jika jumlah permen yang ada dalam toples tersebut sebanyak 100 buah.
Maka, perbandingan yang akan didapat sekitar 1:30 atau sekitar 33,333%.
Ketika aku hendak mengambil permen tersebut. Ide konyol ku keluar yaitu
mengambil permen dengan cara mengaduk-aduk seluruh isi dalam toples tersebut
hingga aku mendapatkan tiga permen 'cium' berbungkus merah. Dari ketiga permen
tersebut aku mendapatkan diksi atau kata yang menurutku ini kebetulan atau
memang kenyataan. Mengapa? Karena diksi ini menampar aku yang tengah larut
dalam kebingungan yang belum sempat menemukan penyelesain.
Kebingunganku adalah ketika beberapa hari yang lalu aku bertemu dengan keputusasaan
dari sebuah perjuangan. Di mana motivasi orang menjadi naik dan turun
tergantung dengan keadaan. Ditambah lagi dengan kesendirian yang semakin
menyulitkanku untuk bertemu dengan penyelesaian masalah dari kebingunganku
terhadap perjuangan hidup.
Dari ketiga permen yang sekarang ada di tanganku terdapat tulisan tiga buah
kata di tiap masing-masing permen. Kata di permen pertama adalah 'Koq telat?!
Kata ini menyindirku karena aku memang telat menyatakan cinta yang sudah lama
terpendam. Jatuhnya jadi 'basi' dan tidak enak lagi. Kata di permen kedua
adalah 'I'm Sorry' yang telah mengajarkanku untuk segera meminta maaf kepadanya
karena aku telat mengungkapkan rasa hingga dia marah kepadaku. Kata di permen
yang kita adalah 'Belum terlambat'.
Dari ketiga diksi yang ada pada permen 'cium' inilah yang akhirnya telah
mengajarkanku bahwa semua jawaban dari segala permasalah yang ada dalam
kebingunganku adalah diksi yang ada di permen 'cium' yang ketiga yaitu 'Belum
terlambat'. Semuanya yang telah telat dan berantakan dan segala apapun bentuk
kesalahan dan permasalahan yang ada kuncinya ternyata hanya ada di sebuah
permen yang sederhana.
Ternyata diksi merubah segalanya.
Top of Form