- Back to Home »
- Cerpen »
- Bukan DKI
Posted by : Diyon Prayudi
Rabu, 30 April 2014
Lanjutan cerita 09/01/14 – 12/04/14
Bedug subuh terdengar menandakan panggilan sang Kholik
telah tiba. Fajar pagi
menyadarkan semua angan-angan kosong yang telah berlalu. Ayam berkokok seakan
mengejek jikalau sang pujangga sedang resah nan gelisah. Mentari menyambut kami
bertiga dengan hangat senyumnya, menandakan petualangan Dono, Kasino dan Indro
segera akan berlanjut.
Sabtu malam kami bertiga bermalam di kosan Indro setelah kesepakatan kami bertiga dua
hari yang lalu. Niat awalnya kami ingin mengerjakan tugas-tugas kuliah yang
hancur berserakan akibat diserang oleh penyakit malas beserta dengan
antek-anteknya.
Memang, dua minggu terakhir dosen-dosen sedang
berbaik hati dan sangat mencintai mahasiswa-mahasiswinya tatkala mereka kurang
kerjaan dan hanya diam duduk melamun dalam ruangan yang sedikit sesak dan
sempit tanpa adanya hiburan dari kotak yang dapat membuat kami tertawa. Kalau kata orang Inggris itu
namanya Television, tapi kalau kata orang Indonesia itu bukan Television
tapi Tipi atau Tv.
Na’as memang nasib mereka sebagai anak kosan yang
begini begitu saja. Abstrak dan semu seperti abu-abu yang resah ketika ia
ditanya putih ataukah hitam. Sepertinya ketiga makhluk ini memang tidak ada
kerjaan atau bahkan mereka bingung mau ngerjain apa? Pantas saja jikalau Dono,
Kasino dan Indro terlihat akrab dan kompak. Memang pada dasarnya kekompakan
mereka berawal dari ketidakjelasaan individu masing-masing.
Namun tugas kini hanya berada dalam genggaman mata,
tidak lebih sebatas penglihatan yang menghadirkan semu seperti abu-abu dalam
kegundahaannya. Terbengkalai dan terhempas sepertinya sudah biasa. Begitulah
akhirnya mereka tutup malam tanpa menyentuh buku-buku yang berisi penuh dengan tanda
tanya. Hah, biarkan saja berlalu.
Entah kapan pagi telah datang. Mungkin sesaat
sebelum mata Kasino terbuka dari lelapnya lautan mimpi. Terlihat pukul 06.00
pada jam digital miliknya menandakan mereka bertiga harus segera membasuh muka.
Di hamparan karpet butut masih tergeletak Dono dan Indro yang masih sibuk
berlayar dalam pulau imajinasi mereka. ‘Wah ini anak keterlaluan banget, jam
segini masih tidur ajjah’ gumam Kasino melihat temannya masih asyik berlomba
membuat peta pada pulau impian. Sedikit merasa kesal karena kesepakatan mereka
untuk bangun sebelum adzan subuh terdengar yang telah disepakati bersama
sebelum pelayaran malam itu dimulai secara tidak sengaja terkhianati. Akhirnya
ide-ide berandal Kasino bermunculan di atas rambutnya yang masih acak-acakan.
Kasino mengambil segelas air yang berada di atas
meja dan kemudian hendak menyiramkannya kepada mereka. Alih-alih semua akan
berjalan sesuai rencana yang telah dibuatnya. Ternyata Kasino lah yang memakan
mentah-mentah air itu hingga kuyup baju dan celananya. Hendak memberikan
kejutan kepada mereka ternyata Kasino yang mendapatkan kejutan itu.
Usut mencari usut ternyata Indro dan Dono sudah
bangun jauh sebelum Kasino. Mereka berdua telah menunaikan kewajiban kepada
Tuhan, sedangkan Kasino asyik mendayung perahu menuju pulau impian. Kemudian
mereka tidur kembali dan melanjutkan chapter berikutnya dari petualangan alam
bawah sadar yang belum selesai. Alhasil pagi yang sial mencumbui Kasino dengan
mesranya. Ketika setan menyanyikan nyanyian rindu mereka terhadap api dan embun
yang membasuh jiwa.
Namun pagi ini belum hilang cumbu kesialan Kasino.
Tepat pukul 06.15 mereka berangkat menuju tempat perhentian semua orang yang
ingin menikmati semesta. ‘Manglayang bukit yang tidak terlalu tinggi dan
lumayan indah tunggu kami’ kata Dono yang sedikit atraktif dan tidak menarik
itu. ‘Ah, lebay’ mungkin itu jawaban yang seharusnya keluar dari mulut Indro
dan Kasino.
Maklum saja si Dono ini orangnya memang agak norak
dan so sweet. Padahal orangnya 100% nyebelin dan terkadang suka bikin keki.
Jatuhnya krik dan tidak nyambung kalau diajak ngobrol. Namun, jikalau tidak ada
dia, dunia ini, sistem mungkin tidak akan seimbang. Karena Tuhan telah berbaik
hati menciptakan segala isi dunia dengan berpasang-pasangan. Ada hitam dan
putih, langit dan bumi, perempuan dan laki-laki, bodoh dan pandai. Nah, Dono
itu tergolong pelengkap dari orang-orang pandai. Makanya jikalau Dono itu tidak
ada, Tuhan bisa dikatakan tidaklah adil terhadap semesta.
Berangkatlah mereka dengan pakaian seadanya dengan
menggunakan sandal jepit butut setengah putus di bagian pangkalnya. Termasuk
Kasino yang menggunakan sandal jepit dengan dua variasi warna di kaki kanan dan
kirinya. Sepanjang jalan mereka mengobrol apa saja yang bisa dijadikan cemilan untuk
vokal pagi ini. Tentang munaroh yang tidur di kelas, tentang dosen yang sama
enggak jelasnya seperti Dono, gadis-gadis ABG yang terlihat seksi dalam
perjalanan mereka, apa saja bahkan tentang nenek-nenek yang berpapasan dengan
mereka dengan menggunakan baju kebaya dan sandal jepit.
‘Nenek itu pasti pejuang dulunya’ kata Kasino. ‘Ah
bukan, pasti nenek itu tukang kebaya’ sahut Indro. ‘Bukaan, nenek itu
sebenarnya siluman’ kata Dono. ‘Kalau nenek itu siluman apa alasannya Don?’
Kata Indro dan Kasino yang kaget mendengar pernyataannya. ‘Alasannya sederhana’
enteng Dono berbicara. ‘Maksudnya’ kata Indro yang sedikit curiga akan
jawabannya. ‘Coba perhatiin, nenek itu lagi bawa apa di tangannya!, lihat kan
itu sebenernya si Nenek Gayung yang lagi mencari si Kakek Cangkul’ jawab Dono
seakan hal itu terdengar lucu.
Dono tertawa puas akan jawabannya itu sedangkan
Indro dan Kasino geleng-geleng kepala. ‘Sepertinya ini anak harus dibawa ke
psikiater’ kata Kasino kepada Indro. ‘Emang kenapa Kas?’, ‘Coba bayangin Ndro,
mana ada Nenek Gayung keluar pagi-pagi, ada juga Nenek Belanja’ kata Kasino.
‘Nenek Belanja?’, ‘Iyah, lihat ajjah toko di depan sana lagi ramai di serbu
oleh nenek-nenek macam itu, nenek-nenek jaman sekarang itu sama saja dengan
gadis-gadis ABG’ sambil menunjuk nenek itu Kasino mencoba memberitahukan Indro.
Indro tertawa terbahak-bahak ketika meliat plang yang ada di atap toko. “Warung
Legging Murah Cuma Rp. 20.000,- Beli 2 Diskon 50%“.
‘Muke gile Kas, ternyata nenek-nenek juga doyan
laging buat nutupin burik yang ada di betisnya pake warna burik-burik macan’
kata Indro. ‘Sebenernya bukan karena nutupin burik betisnya Ndro’, ‘Terus, buat
apa dong Kas?’, ‘Setelah melakukan observasi secara intensive mengenai maraknya
nenek-nenek macam itu atau bisa dikatakan nenek-nenek modern yang mengikuti
trend ABG masa kini adalah harga jual laging yang terbilang cukup murah dan
mudah di dapat, selain terbuat dari bahan yang lentur laging tersebut juga
membantu dalam mendobrak kepercayaan diri terhadap perempuan-perempuan yang
haus akan lirikan kaum laki-laki, wajar saja hal itu terjadi begitu pesat terutama
bagi kaum muda sepeti ABG yang sedang mengalami pubertas pada tingkat emosional
yang masih tinggi dan masih mencari jati diri, namun hal yang disayangkan
adalah pengawasan yang kurang maksimal sehingga menimbulkan penyalahgunaan dari
produk tersebut, produk tersebut ditujukan kepada ABG-ABG yang secara
proporsional tubuhnya yang mulai terbentuk indah dan terbilang seksi hingga
daya tarik setelah memakai laging itu meningkat secara signifikan karena ada
sesuatu yang ‘menarik’ untuk dilihat dan dinikmati bagi penonton, bisa kita
bayangkan bersama-sama jika produk tersebut digunakan oleh nenek-nenek macam
itu, dampak yang akan terjadi sepertinya akan berbuah lucu’ Kasino
menjelaskannya dengan singkat.
‘Maksudnya dari berbuah lucu itu apa Kas?’ tanya
Indro. ‘Bayangkan saja jika produk itu dipakai oleh ABG yang cantik dan
memiliki postur tubuh yang ‘mantap’ pasti semua mata lelaki kagum melihatnya,
sedangkan jikalau yang memakai itu adalah nenek-nenek macam itu apa yang hendak
kaum lelaki lihat, yang ada jatuhnya krik dan tidak menarik Ndro’, ‘Bener juga
sih Kas’ pikir Indro. ‘Bahkan hal yang akan terjadi lebih parah lagi adalah
bermunculannya berita-bertita tentang maraknya pemerkosan terhadap gadis-gadis
ABG yang diakibatkan rangsangan yang kuat terhadap lelaki ketika ABG itu
mengenakan legging pada suasana yang tidak tepat, seperti hendak pergi
bersekolah atau main di sekitar rumah, atau bahkan digunakan untuk bepergian
jauh yang tidak semua orang dalam dunia luar itu selalu baik, bahkan lebih
cenderung kejahatan ada dimana-mana, kalau mendengar berita tentang pemerkosan ABG sih masih menarik Ndro,
apalagi ABG nya cantik dan seksi, yang jadi permasalahnya adalah bukan cuma ABG
saja yang telah menjadi korban tetapi nenek-nenek macam itu juga sudah banyak yang
menjadi korban, kan tidak lucu kalau ada berita di TV “Telah terjadi
pemerkosaan seorang nenek yang dilakukan oleh tetangganya sendiri, motif
tersangka adalah laging yang nenek kenakan ketika hendak membeli sayur di depan
gang terlalu ketat dan terlihat bagian intimnya”. Kasino mencoba memberikan
alasan yang konkrit kepada Indro.
‘Wah, bener juga sih, apa yang menarik dari si
Kulit Keriput yah, orang enggak waras ajjah yang tega berbuat seperti itu
terhadap perempuan yang sempat mengalami perawan beberapa puluh tahun yang
lalu’ kata Indro. ‘Tapi Kas, alasannya kalo nenek itu pejuang apa?’ tanya Indro
lagi. ‘Alasannya sederhana, baju kebaya yang dikenakannya mengingatkanku kepada
film Merah Putih, saat itu pejuang perempuan mengenakan kebaya dalam pertempuran,
seperti R.A. Kartini yang cantik mengenakan baju itu juga’ jawab Kasino sambil
tertawa. ‘Ah, sama ajjah kaya si Dono, enggak jelas, jadinya krik lagi. ‘Terus
alasannya kalau nenek itu tukang kebaya apa Ndro?’ tanya Kasino. ‘Alasannya
yang pasti karena nenek itu memakai baju kebaya yang hendak ia tukarkan dengan
celana legging yang ada di toko itu Kas’ jawab Indro. ‘Wah, sama enggak
nyambungnya kaya si Dono’ Kasino tertawa. ‘Yang penting enggak separah Dono’
Indro juga ikut tertawa. ‘Ndro, ndro, ngomong-ngomong dimana Dono ya ndro?
Kasino baru sadar bahwa Dono sudah menghilang. ‘Wah iyah, dimana tuh anak yah’
Indro juga baru menyadarinya.
Mereka berdua bingung karena Dono menghilang begitu
saja seperti hantu kesiangan di pagi hari. Setelah mencari sambil berjalan
terus kearah gunung akhirnya mereka melihat sesosok lelaki tengil sok
kegantengan sedang berjalan santai. Disampingnya terlihat gadis cantik bertubuh
proporsional seperti gitar spanyol sedang asyik mengobrol dengannya. Kasino dan
Indro segera menyusul lelaki sok tengil itu dan sekarang mereka tepat berada di
belakangnya.
‘Wah, lagi seneng nih’ ucap Indro sembari menepuk
punggung Dono. ‘Wah, enggak ngajak-ngajak nih’ sahut Kasino mencoba menarik
perhatian Dono untuk menengok kebelakang. Dono langsung menengok kebalakang
dengan ekspresi yang datar saja. ‘Eh, Kas, Ndro darimana ajjah kalian?’ ucap
Dono seperti tidak berdosa saja. ‘Darimana?’ ucap Kasino dan Indro. ‘Hehe, ABG
legging bos, gak usah ganggu dulu oke!’ Dono mencoba menghindar karena sedang
fokus dengan gadis yang ada disampingnya. Karena kesal mereka berdua
meninggalkan Dono jauh dibelakang mereka. Sedangkan Dono masih asyik dengan
gadis yang sekarang bersamanya terus berjalan menuju arah gunung.
To be continue ...