- Back to Home »
- Essay »
- Third Semester II Tokoh-Tokoh Filsafat Yunani dan Modern
Posted by : Diyon Prayudi
Kamis, 09 Juni 2016
PENDAHULUAN
Filsafat
sebagai pokok awal dari terbentuknya ilmu-ilmu yang ada di dunia saat ini
menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah, terlebih tokoh-tokoh yang telah
meletakkan dasar-dasar ilmu tersebut. Dalam perkembangannya, filsafat mempunyai
banyak tokoh berpengaruh sejak zaman klasik hingga modern. Berikut kami
sebutkan beberapa nama yang dianggap mempunyai ajaran dan aliran yang
mengguncang dunia.
A. Yunani Kuno
Periode Yunani
kuno disebut periode filsafat alam. Karena pada periode ini ditandai dengan
munculnya para ahli pikir alam, di mana arah dan perhatian
Pemikirannyakepada
apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafat
filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos.mereka
mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya
mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.[1][1]
1.
Thales (625-545
SM)
Nama Thales
muncul atas penuturaan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai
salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Selain
itu Thales juga diberi gelar The
Father of Philosophy (bapak filsafat) oleh Aristoteles, karena dialah orang
yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena mengajukan pertanyaan
yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang yaitu “Apa sebenarnya bahan
alam semesta ini?”. Pertanyaan ini sangat mendasar, terlepas apa pun
jawabannya. Namun, yang penting adalah pertanyaan itu dijawabnya dengan
pendekatan rasional, bukan dengan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan asal
alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk hidup.[2][2]
Selain itu
Thales juga menjadi penasihat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang
besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM. Sebagai ilmuan pada
masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal
fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan
pendapat bahwa bulan bersinarkarena memantulkan cahaya matahari, menghitung
terjadinya gerhana matahari, bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama
kaki sama besarnya. Dengan demikian Thales merupakan ahli matematika yang
pertama dan juga sebagai the father of deducative reasoning (bapak
penalaran dedukatif).
Dalam sejarah
matematika, Thales dianggap sebagai
pelopor geometri abstrak yang didasarkan pada petunjuk pengukur banjir, yang
implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya
bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki adalah sama besarnya.
2.
Anaximandros
(640-546 SM)
Ia adalah orang
pertama yang mengarang suatu traktat
dalam kesusasteraan Yunani, dan berjasa
dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang
membuat peta bumi. Usahanya dalam bidang
geografi diajukan oleh herakleios, sewarga polis dengan dia. Ia berhasil
memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yunani.
Pemikirannya,
dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta),ia
tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia
menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra, yaitu apeiron[3][3]. Sebagai sesuatu yang tak terbatas, abadi
sifatnya, tidak berubah-rubah, ada pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling
dalam. Alasannya, apabila tentang arche tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur,
maka unsur tersebut ia menunjuk pada salah satu unsur, maka unsur tersebut akan
mempunyai sifat yang dapat bergerak sesuai dengan sifatnya sehingga tidak ada
tempat bagi unsur yang berlawanan.
Pendapat yang
lain, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya.
Bumi tidak terletak atau bersandar pada sesuatu pun. Mengapa bumi tidak jatuh?
Karena bumi berada pada pusat jagad raya. Pemikirannya ini hars kita pandang
sebagai titik ajaran yang mengherankanbagi orang-orang modern.
3.
Heraclitus
(535-475 SM)
Ia lahir di
Ephesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil, dan merupakan kawan dari
Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap,
karena untuk menelusuri gerak pemikirannya sangat sulit. hanya dengan
melihat fragmen-fragmenny, ia mempunyai
kesan berhati tinggi dan sombong sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia
untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang-orang terkemukaka di
negeri Yunani.
Pemikirannya
filsafatnya terkenal dengan dengan filsafat menjadi. Ia mengemukakan
bahwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu
berubah. Ucapannya yang terkenal yaitun Panta Rhei Kai Uden Menci
artinya segala sesuatunya mengalir
bagaikan arus sungai dan
tidak satu orang pun dapat masuk ke sungai yang sama dua kali. Alasannya,
karena air sungai yangpertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada
di belakangnya. Demikian juga segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya
berubah. Akhirnya, dikatakan bahwa hakikat segala sesuatu adalah menjadi, maka
filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.
Heraclitos yang
mengemukakan pendapatnya bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang
menjadi, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam
semesta) adalah api. Api dianggapnya
sebagai lambang perubahan dan keasatuan.
Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu
menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau
asap, adanya api tetap ada. Segala sesuatunya dari api, dan akan kembali ke
api.
4.
Parmanides (540-475 SM)
parmanides
lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Ia adalah seorang
tokoh relativesme yang penting. Ia dikatakan sebagai logikawan pertama dalam
sejarah filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya
secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus,
misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyataan Plato amat menghargai
metode Parmanides itu, dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmanides
dibandingkan dengan filosof lain yang terdahulu.[4][4]
Menurut
Parmanides, gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi. Menurutnya, realitas
merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia
menegasakan bahwa yang ada itu ada. Inilah kebenaran.
Coba bayangkan
apa konsekuensi bila ada orang yang memungkiri kebenaran itu. Ada dua
pengandaian yang mungkin, yang pertama yaitu orang bisa mengemukakan
bahwa yang ada itu tidak ada. Yang kedua yaitu orang dapat mengemukakan
bahwa yang ada itu serentak ada dan serentak tidak ada. Pengandaian pertama
bertolak belakang dengan sendirinya karena yang tidak ada memang tidak ada.
Yang tidak ada tidak dapat dipikirkan dan menjadi objek pembicaraan.
Pengandaian kedua tidak dapat diterima karena antara ada dan tidak ada tidak
terdapat jalan tengah, yang ada akan tetap ada dan tidak mungkin menjadi tidak
ada, begitu juga yang tidak ada tidak mungkin berubah menjadi ada. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa yang ada itu ada dan itulah satu-satunya kebenaran.[5][5]
Jadi, benar
tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Di sinilah masalah muncul. Bentuk
ekstrem pertnyataan itu ialah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia;
ukuran kebenaran adalah manusia.[6][6]
5.
Socrates
(469-399 SM)
Mengenai
riwayat socrates tidak banyak diketahui, tetapi sebagai sumber utama keterangan
tentang dirinya dapat diperoleh dari
tulisan Aristophanes, Xenophon, Plato dan Aristoteles. Ia sendiri tidak
meninggalkan tulisan, sedangkan keterangan dirinya didapat dari muridnya. Orang
yang paling banyak menulis tentang Socrates adalah Plato yang berupa
dialog-dialog.
Socrates
berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat di pisahkan
satu dengan yang lain. Oeh karna itu, dasar dari segala penelitian dan
pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi secrotes, pengetahuan yang
sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling
di gemarinya adalah apa yang tertera pada Kuil Delphi, yaitu,” kenalilah dirimu
sendiri.”
Periode setelah Socrates di sebut dengan zaman
keemasan filsafat yunani karena pada zaman ini kajian-kajian yang muncul adalah
perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat
menonjol adalah Ploto ( 429-347 SM) yang sekaligus murid socrates dan yang
menulis ide-ide Socrates. Menurutnya , esensi itu mempunyai realita dan
realitasnya ada di alam idea. Kebenaran umum itu ada bukan d buat-buat bahkan
sudah ada di alam idea. Plato menggambarkan kebenaran umum adalah rujukan bagi
alam empiris, contohnya kuda yang ada di alam empiris bermacam-macam warna dan
bentuk serta jenisnya, tetapi kuda secara umum memiliki unsur umum yang
membedakan dengan sapi dan kambing unsur umum inilah yang ada di alam idea dan
bersifat universal.
Socrates dengan
pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaiitu
dengan menghargai nilai-niai jasmaniah dan rohania yang keduanya tidak dapat di
pisahkan karena denga keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang
dihasilkan .
6.
Plato (427-347
SM)
Plato adalah
pengikut socrates yang taat diantara para pengikutnya yang mempunyai pengaru
besar. Selain dikenal sebagai ahli pikir juga dikenal sebagai sastrawan yang
terkenal. Tulisannya sangat banyak, sehingga keterangan tentang dirinya dapat
diperolehnya secara cukup.[7][7]
Ia lahir di
Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates,
Pythagoras, Heracleitos dan Elia, akan tetapi ajarannya yang paling besar
pengaruhnya dari nama Ariston dan ibunya bernama Periktione.
Plato
berpendapat bahwa manusia berada dalam dua dunia, yaitu dunia pengalaman yang
bersifat tidak tetap, bermacam-macam dan berubah. Sedangkan dunia ide bersifat tetap, hanya stu macam dan
tidak berubah. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dari dunia ide
sedangkan dunia ide merupakan dunia yang sesungguhnya, yaitu dunia realitas.
Dunia inilah yang menjadi “model” dunia pengalaman. Dengan demikian, dunia
sesungguhnya atau dunia realitas itu adalah dunia ide.
Konsepnya
tentang negara di dalamnya terkait etika dan teorinya tentang negara. Konsepnya
tentang etika sama seperti socrates, yaitu tujuan hidup manusia adalah hidup
yang baik (eudaimonia atau well-being). Akan tetapi, untuk hidup yang baik tidak mungkin dilakukan tanpa
di dalam polis (negara). Alasannya, karena manusia menurut kodratnya merupakan
makhluk sosial dan kodratnya di dalam polis (negara). Maka, untuk hidup yang
lebih baik, dituntut adanya negara yang baik. Sebaliknya, polis (negara) yang
jelek atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan baik.
7.
Aristoteles
(384-322 SM)
Ia dilahirkan
di Stageria, Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi di
raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi
keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia
dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun
hingga Plato meninggal. Beberapa lama ia menjadi pengajar di Akademia Plato
untuk mengajar logika dan retorika.
Setelah Plato
meninggal dunia, Aristoteles berasam rekannya Xenokrates meninggalkan Athena
karena ia tidak setuju dengan pendapat pengganti Plato di Akademia tentang
filsafat. Tiba di Assos, aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di
sini Aristoteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM kota Assos diserang
oleh tentara Persi, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles
dengan kawan-kawannya melarikan diri ke ke Mytiline pulau Lesbos tidak jauh
dari Assos.
Karya-karya
Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yaitu :
a.
Logika
b.
Filsafat Alam
c.
Psikologi
d.
Biologi
e.
Metafisika,
oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia.
f.
Etika
g.
Politik dan
ekonomi
h.
Retorika dan
poetika
Beberapa
pemikiran Aristoteles yaitu :
a.
Ajarannya
tentang logika
Logika
tidak dipakai oleh aristoteles, ia memakai istilah analitika. Istilah logika
pertama kali muncul pada abad paertama Masehi oleh Cicero, artinya seni berdebat.
Kemudian, Alexander Aphrodisias (Abad III Masehi) orang pertama yang memakai
kata logika yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Menurut
Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada
pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golaongan,
yaitu subtansi (sebagai sifat umum), dan aksidensia (sebagai sifat yang secara
tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam
kategori, yaitu:
1.
Subtansi
(hal-hal yang bersifat nyata dan yang sungguh-sungguh bereksistensi)[8][8], (manusia,
binatang).
2.
Kuantitas
(satu, dua)
3.
Kualitas
(merah, baik)
4.
Relasi
(rangkap, separuh)
5.
Tempat (di
rumah, di pasar)
6.
Waktu
(sekarang, besok)
7.
Keadaan (duduk,
berjalan)
8.
Mempunyai
(berpakaian, bersuami)
9.
Berbuat
(membaca, menulis)
10. Menderita
(terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles diannggap sebagai bapak
logika tradisional.
b.
Ajarannya
tentang Silogisme
Menurut
Aristoteles, pengetahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu
induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak pada
hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara
itu, deduksi adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebaenaran yang
tidak diragukan untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga.
Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan
pengetahuan bar. Berpikir deduksi yaitu silogisme, yang terdiri dari premis
mayor dan premis minor dan kesimpulan.
Contoh:
Manusia
adalah makhluk hidup (premis mayor)
Dina
adalah manusia (premis minor)
Dina
adalah makhluk hidup (kesimpulan)
c.
Ajarannya
tentang pengelompokan ilmu pengetahuan
Aristoteles
mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:
1.
Ilmu
pengetahuan praktis (etika dan politik)
2.
Ilmu
pengetahuan produktif (teknik dan kesenian)
3.
Ilmu
pengetahuan teoritis (fisika, matematika, metafisika)
d.
Ajarannya
tentang aktus dan potensia
Mengenairealitas
atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya Plato yang
mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada
itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak
ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah
ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh-sungguh ada bukanlah yang umum
dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada
yang husus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi
manusia berada yang satu persatu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada
yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-rubah. Itulah realitas yang
sesungguhnya.
e.
Ajarannya
tentang pengetahuan
Menurut Aristoteles, terdapat dua macam
pengenalan, yaitu pengenlan inderawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan
inderawi kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bentuk benda (bukan
materinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, pengenalan
rasional kita akan dapat memperoleh pengetahuan tentang hakikaat dari suatu
benda. Dengan pengenalan rasional ini kita dapat menuju satu-satunya untuk ke
ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ke
ilmu pengetahuan dalah dengan teknik abtraksi.
Abtraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara
kebetulan, sehingga tinggal sifat atau keadaan yang secara kebetulan yaitu
intisari atau hakikat suatu benda.
f.
Ajarannya
tentang etika
Aristoteles
mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan
diperuntukkan sebagai cita-cita, akan tetapi dipakai sebagi hukum kesusilaan.
Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia).
Kebahagiaan adalah suatu keadaan dimana segala sesuatu yang teramsuk dalam
keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. jadi, bukan sebagai
kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus sebagai suatu aktivitas yang nyata,
dan dengan perbuatannya itu dirinya semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia
yang tertinggi adalah berpikir murni.
g.
Ajarannya
tentang agama
Menurut
Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling
baik adalah nrgara dengan sistem demokrasi moderat, artinya sistem demokrasi
yang berdasarkan Undang-Undang Dasar.
B. Zaman Modern
1.
Descartes (1596-1650)
Buku Descartes
yang terpenting dalam filsafat murni adalah Discours de la
Methode (1637) dan Meditation (1642). Kedua buku ini saling
melengkapi satu sama lain. Di dalam kedua buku inilah ia menuangkan metodenya
yang terkenal, metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt). Metode ini
sering juga disebut Cogito Descartes, atau metode Cogito saja.
Tahapan metode
Descartes dapat diringkas sebagai berikut:
1. Benda inderawi tidak ada
2. Gerak, jumlah, volume (ilmu pasti) tidak ada
3. Saya sedang ragu, saya ada
4. Saya ragu karena saya berpikir
2.
Hegel
(1770-1831)
Filosof
Amerika, M.R. Cohen menyebut Hegel sebagai filosof terbesar abad ke-19. Kalau
melihat pengaruhnya pada Marx saja agaknya pernyataan Cohen itu cukup
beralasan. Dalam pengantar bukunya, Das Kapital edisi kedua, Marx mengatakan
bahwa dirinya adalah murid Hegel sekalipun “dialektika saya berlawanan dengan
dialektika Hegel”.
Untuk
menjelaskan filsafatnya, Hegel menggunakan dialetika sebagai metode. Proses
dialektika selalu terdiri dari tiga fase. Fase pertama (tesis) dihadapi
antithesis (fase kedua), dan akhirnya timbul fase ketiga (sintesis). Dalam
sintesis itu, tesis dan antithesis menghilang. Dapat juga tidak menghilang, ia
masih ada tapi sudah diangkat pada tingkat yang lebih tinggi. Proses ini
berlangsung terus. Sintesis segera menjadi tesis baru, dihadapi oleh antitesis
baru dan menghasilkan sintesis baru, sintesis baru ini segera pula menjadi
tesis baru lagi, dan seterusnya.[10][10]
3.
Immanuel Kant
(1724-1804)
Sejarah
filsafat adalah sejarah pertarungan akal dan iman dalam berebut dominasi
mengendalikan jalan hidup manusia. Setidaknya ada tiga filosof besar yang
mempunyai peran dalam mendudukkan akal dan iman: Socrates yang berhasi
menghentikan pemikiran sofisme dan mendudukkan akal dan iman pada posisinya.
Descartes berhasil menghentikan dominasi iman (Kristen) dan menghargai kembali
akal, dan Kant yang berhasil menghentikan sofisme modern untuk mendudukkan
kembali akal dan iman pada kedudukan masing-masing. Dalam kerangka inilah
sepertinya Kant mendapat tempat yang lebih lumayan dalam sejarah filsafat.
Argument-argumennya
ia muat dalam bukunya, Critique of Pure Reason dan Critique of
Practical Reason.[11][11]
4.
John Locke
(1632-1704)
Dia adalah
filosof Inggris, lahir di Wrington, Somersetshire. Filsafatnya dapat dikatakan
antimetafisika. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan Descartes. Ia
juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi
berdasarkan pengalaman; jadi, induksi. Bahkan Locke juga menolak akal
(reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan
dengan metode induksi.
Kesimpulan
Locke tentang filsafatnya adalah substance is we know not what, tentang
substansi kita tidak tahu apa-apa. Ia menyatakan bahwa apa yang dianggapnya
substansi adalah pengertian tentang objek sebagai idea tentang objek itu yang
dibentuk oleh jiwa berdasarkan masukan dari indera. Akan tetapi, Locke tidak
berani menegaskan bahwa idea itu adalah substansi objek, substansi kita tidak
tahu. Persoalan substansi agaknya adalah persoalan metafisika sepanjang masa.[12][12]
5.
William James
(1842-1910)
Tokoh yang
dilahirkan di New York City ini menjadi orang yang paling bertanggung jawab
membuat pragmatisme terkenal di seluruh dunia. Secara ringkas, William James
mengatakan pragmatisme adalah realitas sebagaimana yang kita ketahui.
Pemikiran
filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya ia mengalami konflik antara
pandangan agama. Ia beranggapan bahwa masalah kebenaran tentang asal/tujuan dan
hakikat bagi orang Amerika terlalu teoritis. Yang ia inginkan adalah
hasil-hasil yang konkrit. Dengan demikian, untuk mengetahui kebenaran dari ide
tau konsep haruslah diselidiki konsekuensi-konsekuensi praktisnya.
Kaitannya
dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, maka ide-ide
itu benar.[13][13]
James
menurunkan aliran pragmatisme pada Dewey yang mempraktekannya dalam pendidikan.
Pendidikan menghasilkan orang Amerika sekarang. Dengan kata lain, orang yang
paling bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang adalah William
James dan John Dewey. Yang paling merusak dalam filsafat itu, di antaranya:
pandangan bahwa tidak ada hukum moral umum, tidak ada hukum moral umum, tidak
ada kebenaran umum, semua kebenaran belum final. Ini berakibat subjektivisme
dan individualisme. Dua hal yang mengancam kemanusiaan dan manusia itu sendiri.[14][14]
6.
Soren
Kierkegaard
suatu reaksi
terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi materialisme ialah yang
berasal dari pemikiran Denmark yang bernama Soren Kierkegaard, filsafat tidak merupakan suatu
sistem,tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Keberatan
utama yang diajukan oleh Kierkegaardkepada Hegel ialah karena Hegel meremehkan
eksistensi yang kongkret karena ia ( Hegel) mengutamakan idea yang sifatnya
umum. Menurut Kierkegaard , manusia tidak pernah hidup sebagai suatu”aku umum”
tetapi sebagai ”aku individual” yang sama sekali unik dan tidak dapat
dijabarkan ke dalam suatu yang lain. Dengan demikian , Kierkegaard
memperkenalkan istilah” eksistensi ”
dalam suati arti yang mempunyai peran besar pada abad ke-20. Hanya manusia yang
mampu bereksistensi , dan eksistensi saya tidak saya jalani satu kali untuk
selamanya, tetapi pada setiap saat eksistensi saya menjadi objek pemilihan
baru. Bareksistensi ialah bertindak tidak ada orang lain yang bisa dapat
menggantikan tempat saya untuk bereksistensi atas nama saya.
Pengaruh Kierke
gaard belum tampak ketika ia masih hidup , bahkan bertahun-tahun namanya tidak
dikenal oarang di luar negerinya . itu antara lain karena karyanya di tulis
dalam bahasa Denmark. Barulah pada akhir abad ke 19 karya –karya Kierkegaard
mulai di terjemahkan kedalam bahasa jerman. Karyanya menjadi sumber yang paling
penting sekali untuk filsafat abad yang ke-20, yang disebut eksistensialisme.
Karenanya sering disebut bahwa Kierkegaard adalah bapak filsafat
Eksistensialisme. Akan tetapi , anehnya , eksistensialisme abad ke-20 tidak
jarang beraliran ateis, padahal kierkegaard seorang penganut kristen . tak
pelak lagi, tokoh eksistensialisme tersebar adalah Jean Paul Sartre.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Asmoro.
Filsafat Umum, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007
Bakhtiar,
Amsal. Filsafat Ilmu, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009
Muzairi. Filsafat
Umum. Jogjakarta: Teras, cetakan I, 2009
Tafsir, Ahmad. Filsafat
Umum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
O. Kattsoff,
Louis. Pengantar Filsafat, Yogyakarta:
Tiara Wacana Yogya, 2004, cet, IX
[21][7] Dalam
karyanya, Apologia. Plato memberikan pembelaan Socrates di pengadilan.
Karya-karyanya yang lain : Kriton, Protagoras, Gorgias dll. Plato memberikan
komentarnya bahwa Socrates adalah seorang yang paling baik, paling bijaksana,
paling jujur, dan merupakan manusia yang paling adil dari seluruh zamannya.
Asmoro Ahmadi. Filsafat Umum, 51.
[28][14] Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, 217