- Back to Home »
- Puisi »
- Puisi Untuk MU.
Posted by : Diyon Prayudi
Sabtu, 06 April 2013
Kegundah gulanaan Sang Penyair
Sang pena yang gugup berkecup
hangat dengan sehelai kertas putih bersinar…
Bait-bait syair dan puisi siap
bercumbu dengan Sang Penyair…
Kegundahan diriku menanti
pujaan hati…
Tak kunjung datang di kala
mata memandangi pintu yang kusam itu…
Pintu yang selalu terbuka
ketika senyumnya datang…
Canda lepas yang kian ramai
ketika ia mulai melangkah perlahan ke dalam…
Betapa gemetarnya hati ku ini …
Ketika syair-syair indah
berharap…
Senyum itu tampak jelas ketika
pintu mulai terbuka…
Matanya yang tajam yang
memperlengkap kecantikannya…
Kecantikan dan kebaikan yang
tulus yang selalu di inginkan Sang Penyair…
Drap langkah yang menggetarkan
kesedihan, menjadi satu kebahagiaan…
Senyum indah yang tak di
miliki bunga-bunga lain…
Sosok Permaisuri dambaan Sang
Penyair…
Namun itu hanya khayalan
belaka, dimana ku mulai sadar itu hanyalah angan belaka…
Kemana dikau tak kunjung
datang…
Wahai pujaan hatiku, pernahkah
dikau tahu…
Hati ini bergelut dengan
ribuan pertanyaan…
Berdebat dengan keyakinan…
Berharap suatu keajaiban…
Menepis kegundah gulanaan ku
sendiri dalam cemas ku…
Jarum panjang di tangan mulai menatap
dengan jelas…
Detik, menit jam seakan
mengejek ku…
Seolah berbisik bahwa dia
takkan datang di pagi ini…
Wahai Sang Penguasa Alam…
Bunga yang di tunggu kian tak
tampak…
Kata yang membunuh perlahan
mulai terucap…
Sehingga ku mulai cemas dan
terus berharap…
Kabar yang mengiris-iris hati,
menampar keras kegundahan Sang Penyair…
Telah terdengar kabar dari
bunga yang lain…
berkata dia kepada Sang
Penyair “ dia takkan datang hari ini “…
Betapa hancurnya hati ini…
Ketika ku dengar kabarnya
untukku…
Bunga yang cantik itu redup
terhalang mentari di pagi yang indah ini…
Sehingga senyum mekarnya tak
terlihat lagi…
Ada suatu penghalang yang
menutup keindahannya…
Hati Sang Penyair resah karena
bunganya sedang layu…
Meskipun tak layu untuk
selamanya…
Harap dan Doa yang bisa ku
lakukan saat ini…
Semoga dia baik-baik saja,
dimana bunga yang cantik sedang tertidur tak berdaya…
Ingin rasanya ku bisa berada
di sisinya…
Merasakan perih dan rasa sakit
yang sama…
Mengecup pahitnya,
butiran-butiran kapsul yang menyiksa…
Betapa tak berdayanya diriku
ketika ku tak mampu melakukan hal yang dapat mengembalikan senyum mekarnya…
Bunga harapan ku…
Maaf kan lah diriku yang ku
sebut sebagai Sang Penyair…